CIKAL BAKAL TERBENTUKNYA
KAMPUNG KATAPANG
Masuknya islam di Bagian Timur Indonesia khusunya
di Sulawesi dan Maluku melalui kesultanan Buton dan Kesultanan Ternate merupakan
cikal bakal terbentuknya kampong katapang. Pada tahun 1540 ketika kerajaan
buton dijadikan kesulatanan dengan nama kesulatanan buton dan dipimpin oleh Sultan pertama yaitu Sultan
Lakilaponto Murhum Sultan Kaimuddin
Khalifatul Khamis beliau berkeinginan untuk memperluas ajaran islam
sampai ke pulau-pulau bagian
timur. Karena mayoritas masyarakat kesultanan buton berprofesi sebagai pelaut,
maka mereka pung mengetahui pulau-pulau yang berada di bagian timur termasuk
Maluku, Papua dan Timur-timur. Dimasa kepemimpinannya, sultan pertama ini kemudian mengutus
beberapa orang ahli agama pada saat itu mencari informasi sekaligus menyirakan
agama islam di Maluku. Utusan-utusan ini kemudian berangkat menuju Maluku,
kemudian mereka singga di Maluku Utara dan kemudian ke pulau seram. Dipulau seram sendiri
mereka membagi tugas dan kelompok mereka menjadi beberapa kelompok yang
masing-masing ke bagian barat dan timur. Di kesultanan Ternate sendiri islam telah ada sejak tahun 1465 namun masih kalangan
raja yang telah menganut agama islam, di tahun 1500 dibawah
kepemimpinan Sultan Bayanullah barulah islam semakin berkembang di Moloko Kie
Raha - Maluku Utara. Ditahun ini pula datang bangsa portugis ke Maluku awal
kedatangan bangsa protugis dirasakan sangat membantu perkenomian di wilayah ini
namun seiring berjalannya waktu tingkah laku portugis mulai menjadi dan membuat
masyarakat menjadi muak dan marah atas bangsa itu. Pada puncaknya di tahun 1571-1575 di bawah kepemimpinan Sultan Babulah
seluruh pos-pos Portugal di seluruh Maluku dan wilayah timur Indonesia
digempur, setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugal meninggalkan
Maluku di tahun 1575. Tahun 1570-an dibawah kepemimpinan Sultan Babulah inilah
cikal bakal terbentuknya kampung katapang. Gerakan perlawanan terhadap bangsa
portugis hingga ke seluruh pelosok negeri termasuk Pulau Seram membuat
kesultanan ternate harus menyebarkan pasukan mereka ke segala penjuru termasuk
membantu kerjaan huamual di Seram Barat. Dalam pasukan yang disebarkan
ini terdapat juga beberapa utusan kesultanan buton yang telah lama berkedudukan
di Ternate. Demi untuk mewujudkan niat mereka membawa ajaran Islam, maka bereka
mingikuti pasukan kesultanan ternate untuk ke pulau seram. Sehingga pasukan ini mulai menetap di katapang pada tahun 1570-an.
Setelah protugis hengkang dari Maluku di tahun 1575 sebagian besar pasukan kesultanan ternate kembali ke kesultanan
ternate dan sebagian kecil dari mereka tinggal untuk melihat perkembangan yang
terjadi beberapa tahun kedepan termasuk beberapa putra utusan kesultanan
buton. Kala itu belum dibangunan
suatu perkampungan, mereka tinggal dan menetap di daerah pegunungan karena
khawatir keberadaan mereka diketahui oleh bangsa protugis. Tahun 1560 datang lagi beberapa orang perantau yang ditugaskan menyiarkan agama islam dari kesultanan buton. Kemudian mereka singgah di katapang yang belum memiliki nama pada saat itu hanya berbentuk sebuah tempat persinggahan. Kemudian mereka mebanguan tempat tinggal
berasama-sama dan menetap di lokasi tersebut sampai mereka di panggil kembali
oleh kesultanan ternate dan buton karena terjadi peperangan dengan spanyol pada
tahun 1580. kehidupan yang dibangun dikatapang pada saat itu hanyalah sebagai
sebuah tempat persinggahan sehingga kapan saja mereka bisa datang dan pergi.
Pada tahun 1599 mereka tidak menetap hanya datang dan pergi sesuai
kepentingan yang dijalankan hingga pada sekitar tahun 1607 ketika belanda
berhasil mendirikan benteng di Ternate Maluku Utara dan menjalankan misi
pengkristenan membuat utusan kesultanan
buton bersama-sama dengan separuh
pasukan kesultanan ternate yang berjumlah kurang
lebih 15 orang tinggal di daerah itu dalam waktu yang cukup lama tahun 1607 –
1625 aktifitas yang dilakukan waktu itu hanyalah berjalan berdakwa. Dengan perahu
kora-kora yang di bawah dari kesultanan masing-masing mereka mampu bergerak
kemana saja sesuai dengan petunjuk yang diterima. Kejadian datang dan pergi ini
kemudian berulang kembali sampai pada akhir tahun 1700 kurang lebih tahun
1780an kemudian mereka hengkang. Tidak satupun yang datang lagi, yang tinggal
hanyalah tokoh-tokoh agama para mujahid yang sahid dan dikuburkan disana. Kuburan-kuburan
itulah yang dikenal dengan Karamat Dulang oleh masyarakat kampong katapang. Anak
cucu dari mereka inilah yang kemudian mendirikan kampong katapang hingga
sekarang.
Salah satu bukti nyata yang dapat
kita lihat sekarang adalah ahli atau tokoh agama yang meninggal dan dikuburkan
pada keramat dulang skitar tahun 2008 datang menemui anak cucunya lewat sebuah
mimpi. Beliau berpasan kepada anak cucunya untuk mengambil barang-barang
peninggalannya yang disimpan dibekas tempat tinggal mereka dulu yakni di
karamat dulang. Namun sayangnnya beliau
tidak sempat menyebutkan namanya. Dan barang peninggalnnya masih ada dan
disimpan sampai sekarang. Ini membuktikan bahwa antara jenasah para mujahid di
keramat dulang masih ada hubungan keturunan dengan masyarakat katapang sekarang
ini.
Inilah sepenggal kisah yang
pernah diceritakan orang tua dulu yang sempat di dokumentasikan. Semoga dapat
menambah informasi bagi generasi selanjutnya di Katapang.
Diceritakan oleh :
- H. Taher Bin La Ambo dari La Ambo
- Hasan Sangaji dari H. Haming Sangaji, H. Taher Bin La Ambo
- Abdul Gani Sangaji dari H. Haming Sangaji
- H. Djabir dari H. Marhaban, La Gusi
- H. Saiwa dari La Saidi
- M. Kasim Sangaji dari H. Haming Sangaji, H. Marhaban, H. Saiwa
- Usman Bin Ahmar oleh Usman
- Syukur La Isa
- Taher Silow
Referensi lain :
Sejarah Kesultanan Buton
Sejarah Kesultanan Ternate
Singkat padat Jelas
ReplyDelete.. Semoga berjaya kedepan..
Makasih buanyak abang...
Delete