Malam itu Ahkam tidak bisa pejamkan mata, sejak sore tadi ahkam begitu gelisa dia hanya bisa bengong, galau dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Apa yang harus saya lakukan, mengapa harus begini jadinya, lalu bagaimana dengan qeela, apakah dia mau menerima ini, sedangkan impian dan cita-citanya begitu tinggi. lalu apa yang harus saya sampaikan, apakah saya harus jujur dan berterus terang kepada qeela, atau aku harus diam saja dan menganggap angin lalu apa yang ayah dan ibu sampaikan sore tadi. tapi aku tidak tega menyakiti hati orang tuaku. gumam ahkam dalam hati mengisi kegalauan dirinya.
Ahkam kemudian melangkahkan kaki ke dapur untuk mengambil segelas teh hangat untuk menyejukan hatinya. dia malihat Novel Pendek yang pernah dibacanya yang ia letakan di atas meja belajarnya,
Kisahku ini seperti kisah dalam sebuah Novel Pendek Antara Cita-Cita dan Cinta, apakah akan seperti itu.. ahkam bergumam lagi, lalu melanjutkan langkahnya untuk membuat satu gelas teh hangat, tidak disangka ayah dan ibunya sedang berada di ruang tamu..
Ayah : kam, sini nak.. mau kemana kamu
ahkam : ya pa.. mau buatin teh hangat
ayah : oh.. sudah biar bibi aja yang buatin tehnya ayo kamu duduk sini dulu ayah mau ngomong,
ibu : bi tolong bikin teh angat ya buat ahkam..
bibi : iya bu..
ayah ahakam kemudian membicarakan tentang pernikahan anaknya itu, ayah minta maaf nak, bukan maksud ayah untuk menghalalngi langkah kalian berdua untuk melanjutkan pendidikan, Ayah ahkam sampai menitikan air mata
Ahkam : yah.. ayah sudah ya.. ahkam tidak apa-apa, ahkam hanya ingin berbakti kepad ayah dan ibu saja, apapun itu resikonya, tapi untuk ini memang agak berat karena qeela tidak mudah untuk menerimanya, begtiu tinggi cita-citanya yah. ahkam bingung harus gimana menyanmpaikan hal ni kepadanya.
ibu : sampaikan saja nak dengan hatimu, ini permintaan ayah kami yang terkhir, ayah hanya ingin melihat kamu menikah, ayah tidak lama lagi bersama kita nak, apakah kamu tidak ingin melihat ayah bahagia di ujung waktunya ini, (ibu ahkanpun tidak dapat menahan tangisnya)
melihat kedua orang yang sangat dicitai dan hormati itu menangis ahkam langsung menenangkan keduanya dengan berkata :
ahkam : yah, ma, maafkan ahkam kalau sudah membuat ayah dan ibu bersediah seperti ini ya.. ahkam akan menyampaikan kepada qeela masalah ini. insyah Allah besok ahkam ajak jalan qeela dan mengutarakan maksud ayah dan ibu kepadanya, semoga qeela bisa memahami ini.
bibi : ini kam tehnya..
bibi memotong suasana
ahkam : iya bi makasih ya..
bibi : sama-sama ..
ahkam : tapi, jujur ahkam masi bingung entah bagaimana caranya menyampaikan hal ini kepada qeela mengingat begitu tinggi impian dan cita-citanya.
ibu : apa harus mama yang menyampaikan kepada qeela (memang orang tuah ahkam sangat sayang pada qeela dan zanit, mereka telah dianggap seperti anak nya juga..
ahkam : jangan ma.. biar ahkam saja ya.. ahkam mohon berikan ahkam sedikit waktu untuk menyampaikah hal ini pada qeela.. ahkam akan mencari waktu yang benar-benar tepat untuk menyampaikannya pada qeela..
ayah dan ibu : iya nak.. semoga qeela bisa memahaminya..
ahkam : ahkam istrahat dulu yah, ma.
kemudian ahkam kekamarnya lagi untuk menenangkan dirinya, dit terlihat lagi Novel Pendek itu dan teringat sahabatnya zanit, yang memang sangat senang membacanya bahkan telah berulang kali membacanya.
mungkin zanit bisa memberikan saran, tidak ada salahnya bila aku sampaikan dulu kepadanya.. lalu ahkam menelpon zanit malam itu dan mengajaknya jalan sebenta.
ahkam : yah, ma aku keluar sebentar ya,,
ibu : mau kemana nak..
ahkam : mau ajal jalan zanit sebentar ma
ibu : oh iya tapi jangan kemaleman ya.. bentar aja kan.. ini uda jam 9 nak..
ahkam : iya ma.. sebentar aja paling setengah jam atau sejam gitu aja..
ibu : iya hati-hati, kasihan anak gadis orang diajak sampai larut..
ahkam : iya ma bantar aja..
ahkam kemudian kerumah zanit dan mengajak jalan zanit, mereka mampir di sebuah kafe kecil sederhana namun memanjakan mata dengan penoramanya.. lalu ahkam kemudian menceritakan apa yang baru saja ia dan orang tuanya bicarakan.
ahkam : gitu nit.. kenapa saya ajak jalan kamu malam ini.. kira-kira bagaimana saran kamu nit.
zanit : kam, aku juga bingung, kamu tahu kan bagaimana komitmen kami dengan qeela
dia punya impian dan cita-cita yang sangat besar
ahkam : itulah yang membuat saya jadi bingung, semenatara aku juga tidak mau mengecewakan orang tuaku..
zanit : kalau begitu saya coba dekatin qeela dulu ya..
ahkam : lalu apa yang nanti kamu sampaikan pada qeela..
zanit : entahlah.. mungkin kondisi kesahatan ayah kamu kam..
ahkam : iya, semoga semua berjalan sesuai harapan kita ya.. sebentar lagi kan kita dengan lulus dan qeela suadh sangat siap untuk melanjutkan studinya. tapa saya belum tahu apakah dia sudah siapkan segalanya apa belum..
zanit : iya kam.. ternyata sebentar lagi kita udah lulus sekolah..
ahkam : ayo nit,, makasih ya uda mau jalan bareng malam ini..
zanit : iya, ayo kita balik ya.. insyah Allah saya buat pendekatan dengan qeela dulu ya,,
ahkam : pendekatan seperti belum kenal aja..
zanit : hehehehe..
ahkam kemudian mengantarkan pulang sahabatnya itu. lalu pulang kerumahnya saat masuk kamar pandangannya juga tertuju pada Novel Pendek itu. . hm.. semoga kisahku tidak seperti novel itu..
Bersambung.....
BACA JUGA :
Antara Cita-Cita dan Cinta Bagian Mukadimah
Antara Cita-Cita dan Cinta Bagian Satu
Antara Cita-Cita dan Cinta Bagian Dua
Antara Cita-Cita dan Cinta Bagian Tiga
Antara Cita-Cita dan Cinta Bagian Empat
Antara Cita-Cita dan Cinta Bagian Lima
Antara Cita-Cita dan Cinta Bagian Enam
Antara Cita-Cita dan Cinta Bagian Tujuh
Antara Cita-Cita dan Cinta Bagian Delapan
Antara Cita-cita dan cinta Bagian Sembilan
Antara Cita-cita dan cinta Bagian Sepuluh
Antara Cita-cita dan cinta Bagian Sebelas
Antara Cita-cita dan cinta Bagian Duabelas
Antara Cita-cita dan cinta Bagian Tiga belas
Antara Cita-cita dan cinta Bagian Akhir