Showing posts with label SEPUTAR DESA KATAPANG. Show all posts
Showing posts with label SEPUTAR DESA KATAPANG. Show all posts

Tuesday, August 2, 2016

Sedikit Cerita Masyarakat Katapang Tentang Pulau Kassa Seram Barat Maluku

Pulau Kassa Merupakan salah satu pulau tidak berpenghuni di kabupaten seram bagian barat. Ada sedikit cerita tentang pulau kassa yang telah diceritakan turun-temurun oleh masyarakat Desa Katapang. adapun cerita tersebeut sebagai berikut :

1. Nama : Pulau Kassa
Kanapa pulau tersebut di beri nama pulau kassa adalah karena bentuknya yang menyerupai satu buah kaccang tanah. karena bentuknhya yang menyerupai kacang tanah sehingga masyarakat katapang menyebutnya dengan nama pulau kacang atau (kassa) dalam dialeg/bahasa buton. hingga sekarang pulau tersebut dinamakan pulau kassa. Percaya tidak percaya dengan cerita turun temurun ini, namun untuk mengobati rasa penasaran akhirnya penulis menggunjungi mbah google untuk mengkonfirmasi bentuk pulua tersebut biar lebih jelas..

2. Letak Pulau Kassa
Berdasarkan cerita orang tua-tua masyarakat katapang. lokasi pulau kassa sebenarnya atau pada awalnya bukan berada pada lokasi sekarang ini. lokasi awal pulau kassa pada awalnya paling dekat dengan daratan. menurut cerita pada jaman dahulu masyarakat yang hendak kepulau kassa bisa berjalan kaki dari pantai karena antara pantai pulau kassa dengan pantai pulau seram terhubung. sehingga hanya menunggu air laut surut masyarakat bisa berjalan ke pulau kassa. 
Lokasi awal pulau kassa bagi masysarakat katapang dikenal dengan pasir panjang. pasir panjang sendiri berada diantara negeri luhu dan kampung katapang pada saat itu. kalau sekarang berada di antara dusun hulung dengan dusun uhe. 
menurut cerita terjadi pergeseran pulau kassa karena pada jaman dahulu Pulau Kassa banyak sekali potensi ikan disana. dan paling banyak salah satu jenis ikan yang kurang disukai oleh masyarakat





karena baunya dan juga karena dagingnya yang bila diimakan menyebabkan gatal-gatal pada kepala.
Dahulu kala wilayah ini sangat indah tidak ada kontaminas dengan sampah atau bau lainya sehingga ikan yang masih di air baunya sudah kecium dari daratan.  nanmun untuk membuktikan hal ini agak sulit karena banyak dari kita tidak akan mempercayaianya. namun menurut orang tua pada zaman itu. mereka mengetahui ikan apa yang sedang bermain berkawanan di laut hanya dengna mencium baunya. 
mungkin bisa menjadi sebuah referensi ketika kita baru masuk dalam sebuah pasar ikan khusunya pasar tradisional pasti kita tidak akan tahan mencium baunya, namun ketika kita berada beberapa menit atau jam kita tidak lagi bisa mencium bau tidak sedap itu. hal ini karena hidung atau penciuman kita sudah terkontaminasi dengan bau tersebut. sama halnya dengan keadaan sekarang.
dari informasi di atas mungkin sedikit banyak kita bisa percaya bahwa keadaan alam pada zaman dahulu memang sangat beda sekali dengan kedaan sekarang sehingga kita tidak bisa membayankna dengan kondisi sekarang.
kembali kepada pulau kassa kenapa sampai bisa relokasi pada posisi sekarang. menurut cerita masyarakat katapang tempo dulu, bahwa masyarakat sering menghina pulau tersebut karena keberadaan ikan tekuku yang sangat bau sampai kecium di daratan.  karena masyarakat sering menghinga dengan mengatakan bau ikan tekuku akhirnya pulau kassa merelokasi kan diri sedikit demi sedikit sampai pada posisi serakang ini.
cerita ini sangat sulit untuk dipercayaia oleh generasi sekrang. namun sedikit pembuktian adalah pasir yang berada di pulau kassa sama persis dengan pasir yang ada di pantai pasir panjang. dan sepanjang ujung pulau seram sampai ke piru hanya pantai pasir panjang yang pasirinya sama dengan pasir yang ada di pulau kassa. panatai passir panjang hanya memiliki panjang sekitar 100-200 meter saja. dan pasirnya merupakan pasir yang serupa dengan pasir pantai pulau kassa.  ini bisa saja membuktikan bahwa cerita itu ada banarnya. 
Tapi semua itu berpulang kepada pembaca. ini hanya sekedar infomrasi cerita yang berkembang di masyarakat Desa katapang sejak dulu.
Dahulu juga sering terjadi adu kuat antara masyarakat negeri kaibobo dengan masyarakat desa katapang di pulau kassa, sehingga banyak makan korban antara keduanya. dulu masing-masing mengkalim kepemilikan atau siapa paling berhak atas pulau kassa, sehingga masing-masing mengalah untuk menjaga dengan menggunakan bersama-sama. tapi itu cerita duluh butuh penelitian untuk mengungkap kebernarnnya. 
intinya mari kita jaga pulau kassa dengan baik.. siapa saja yang ingin mengunjungi pulau kassa harap di jaga kelestariannya.

3. potensi satwa
pada jaman dahulu pulau kassa sangat kaya dengan potensi satwa. dari kasuari, rusa, burung bangau, burung pombo/merpati, tete ruga (penyu), ikan lumba-lumba, burung maleo dll. dulu satwa ini sangat banyak sehingga sering kali masyarakat kedepatan rusa yang sedang berenang dari dan ke pulau kassa. begitu juga dengan satwa lainnya.
sekarang yang tersisi hanya burung maleo, burung maleo di pulau kassa merupakan jenis yang langka dan paling baik kualitasnya. telur burung maleo di pulau  kassa lebih enak dan tidak bau. hampir sama dengan telur ayam. 
harapan kami siapa saja yang sekarang dipercaya untuk mengelola pulau kassa, harap untuk dijaga dengan baik. dikelola dengan baik agar keindahannya masi bisa dinikmati untuk generasi mendatang.

4. pantangan
bagi pengunjung yang hendak berkunjung ke pulau kassa maohon perhatikan pantangan yang sampai sekarang belum boleh di lakukan di sana. yakni makan perut ikan, artinya bila ingin makan perut ikan, mohon untuk tidak dipisahkan terlebih dahulu dari ikannya. harap di goreng, dimasak, atau dibakar bersamaan dengan ikanna. karena kalau masak terpisah dari ikan akan menjadi masalah bagi orang yang memaknnya. memang ada obantya juga di pulau kassa namun bagi orang yang mengtahui jenis pohon penangkal atau penawarnya.

5. lain-lain
ada beragam jenis obat-obatan yang bisa di temui di pulau kassa, salah satu obat yang masi di gunakan hingga sekarang adalah pohon ahebo, ahebo adalah penyakit gatal-gatal yang menyerang kulit manusia. banyak obat yang digunakan namun pohon ahebo dari pulau kassa perlu di coba. karena banyak yang seudah sembung dengan obat tersebut.

demikian sumbangan saya. moga menjadi referensi bagi kita sekalin.

Monday, February 22, 2016

KATAPANG “LAYAK” MENJADI DESA KEMBALI



 Kembalikan Status Desa Katapang

Status Katapang pada awal pemerintahan kecamatan seram barat adalah Kampung yang setara dengan Desa status ini diberikan karena dianggap bahwa desa merupakan nama lain dari Negeri sedangkan Negeri sendiri adalah sebuah perkampungan adat yang dipimpin oleh seorang raja. Namun karena mayoritas penduduk katapang adalah pendatang sehingga mengakibatkan katapang di tetapkan sebagai kampong yang setara dengan desa karena mayoritas panduduk bukan masyarakat asli daerah ini atau bukan negeri yang kepemimpinannya di bawah seorang raja.
I. Ditinjau Dari Sejarah Kepemimpinan
1.      Tahun 1902 La Ambo Bin La Aru diangkat menjadi kepala kampung Katapang yang kelima. La Ambo diangkat oleh masyarakat sekaligus disetujuai oleh Konterlur Van Keken (Pemerintah Belanda) yang berkedudukan di Piru dan berada langsung dibawah Konterlur sebagai kepala Pemerintahan Seram Barat di Piru. La Ambo menjadi kepala Kampung resmi dari tahun 1922 yang diangkat oleh pemerintah belanda sampai ia meninggal pada sekita tahun 1930.
2.      Tahun 1930 Muhammad Noer Bin La Ambo dengan gelar orang kaya dan menjadi tokoh penjuang kemerdekaan yang terlupakan oleh pemerintah memimpin kampung katapang. Dibawah kepemimpinan Muhamad Noer menjadi masa-masa sulit di Katapang karena merupakan masa kebangkitan Indonesia secarah nasional. Sebagai pemimpin kampung dan tokoh perintis kemerdekaan beliau berjuang dan menggerakan mesyarakatnya sebagai pejuang kemerdekaan untuk melawan penjajah belanda di Pulau Seram sampai pada perlawanan masyarakat terhadap gerombolan-gerombolan yang ingin memisahkan diri dari Negara Indonesi yang saat itu dikenal dengan Baret atau RMS. Tahun 1950 sebagian kampung katapang dibakar oleh gerombolan dan terjadi pembunuhan orang tua-tua dalam kampung. Kesemuanya ini terjadi dalam kepemimpinan Muhamad Noer hingga beliau ditangkap dan diseret menggunakan mobil dari Katapang ke Piru dan dibunuh di daerah Hunimua Negeri Liang.
3.      Pada tahun 1950 Muhamad Noer meninggal dunia, lalu pemuka kampung  mengangkat saudaranya Taher Bin La Ambo (1950-1978) untuk mengganti kepemimpinannya dengan gelar Orang Kaya. Tiga belas tahun memimpin Katapang sejak pengangkatannya pada tahun 1950 Taher Bin La Ambo kemudian diangkat secara resmi oleh Kepala Pemerintahan Setempat (KPS) Seram Barat di Piru dengan surat keputusan  tanggal 10 Agustus 1963 Nomor 10. sebagai kepala kampung atau kepala desa.
4.      Sepeninggalan Taher Bin La Ambo pada tahun 1978 di Mekkah saat menunaikan Ibadah Haji beliau digantikan oleh saudara sepupunya yang juga merupakan keturunan dari La Aru yaitu Hasan Sangadji (1978-1997). Hasan Sangadji kemudian diangkat sebagai Kapala Kampung Katapang dan dilantik oleh Bupati Maluku Tengah pada tahun 1978.





II. Ditinjau Dari Keterangan Camat Seram Barat Yang Pertama
Seperti disampaikan oleh Mantan Kepala Kecamata Seram Barat yang pertama yaitu Bapak  S. A. M. Latuihamallo bahwa Katapang sejak dahulu adalah Kampung yang setera dengan Negeri. Karena pada waktu itu belum dikenal istilah desa di Maluku dan karena katapang merupakan Negeri Pendatang yang dibawah kepemimpinan kepala kampung bukanlah Raja. sehingga katapang lebih dikenal dengan Kampung yang berada sejajar dengan Negeri-Negeri yang ada di Kecamatan Seram Barat diantaranya : Eti, Piru, Buano dll..
III.       Ditinjau dari Surat Camat Seram Barat,
         Bupati Melteng dan Gubernur tahun 1988
            Pada tahun 1988 pemerintah kecamatan seram barat di piru mengeluarkan sebuah surat keputusan penolakan Desa katapang dengan nomor 140/316 tanggal 4 juni, dalam surat ini dikatakan bahwa sesuai arsip yang terdapat pada kantor kecamtan mengisyaratkan bahwa status katapang adalah kampong bukan desa dan selanjutnya ditetapkan sebagai dusun dibawah pemerintah desa lokki.
           Kemudian dikeluarkan pula surat Gubernur Maluku yang dikirimkan kepada Bupati Maluku tengah yang isinya pada intinya menolak status desa katapang karena katapang tidak memiliki wilayah administrasi sendiri atau desa katapang berada dalam areal Praja Karya.
Menjawab surat gubernur di atas kemudian Kepala Kampung Katapang dan LMD katapang membuat sebuah surat permohon kepada perusahaan daerah praja karya untuk menindak lanjuti surat tersebut dengan mengadakan peninjauan lapangn tentang batas-batas desa katapang dengan perusahaan daerah Prakja Karya. Merujuk pada Berita Acara Pemeriksaan/Penyaksikan Atas Batas-batas Milik Perusahaan Daerah Praja Karya Unit I Lokki dan Tanah Areal (wilayah) desa Katapang yang dibuat dan ditandatangani oleh Pimpinan PD. Praja Karya Unit I Lokki serta pengawas lapangan dan saksi dari masyarakat katapang dan Pemerintah Lokki. Bahwa wilayah katapang tidak termasuk dalam areal perkebunan PD. Praja Karya Unit I Lokki.
Hal Ini seharusnya sudah menjadi referensi kepada pihak kecamatan dan gubernur untuk mengembalikan status katapang menjadi kampong yang setara dengan desa. Atau merubah sebutan kampong menjadi desa, karena nama kampong diberikan mengingat pada saat itu belum adanya pemberlakukan nama desa.

IV. Ditinjau dari segi undang-undang. UU no 6 tahun 2014
Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat:

a. batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak pembentukan;
b. jumlah penduduk, yaitu:
1). …………….
8) wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara paling sedikit 1.000 (seribu) jiwa atau 200 (dua ratus) kepala keluarga; dan
c. wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antarwilayah;
d. sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat Desa;
e. memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya ekonomi pendukung;
f. batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota;
g. sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan pelayanan publik; dan
h. tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya bagi perangkat Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sebagai mana yang tergambar dalam UU diatas. Desa katapang telah layak untuk dimekarkan kembali atau mengembalikan status desa yang pernah di berikan. Karena dari awal berdirinya katapang tidak pernah berada dibawah pemerintahan desa manapun dan tanah atau wilayah desa adalah merupakan hasil usaha leluhur desa katapang.
V. Ditinjau dari Sejarah Perjuangan
Mulai terjadi pergerakan masyarakat katapang melawan penjajah adalah pada tahun 1942 ketika jepang menduduki seluruh Indonsia termasuk Katapang. Puncaknya ketika masyarakat katapang dijadikan tentara atau prajurit pembantu jepang yang dikenal dengan KNIL dan HEIHO. Semua pemuda katapang dipaksa untuk menjadi prajurit jepang. Beberapa orang diantara pemuda katapang sampai dipercayakan memimpin pasukan KNIL dan HEIHO. Sehingga secara diam-diam pemuda katapang yang tergabung dalam pasukan HEIHO mulai mengikuti pergerakan perjuangan para pejuang indonesia yang ada di Bagian Barat dengan membentuk pasukan PETA. Pasukan PETA kemudian masuk dalam barisan jepang sebagai mata-mata. Hati-hatinya pergerakan pasukan PETA membuat jepang tidak mampu membaca pergerakan mereka.
Tahun 1944 Muhamad Noer diberi tugas yang sangat besar oleh Presiden Pertama yaitu menjalankan sebuah misi rahasia. Kemudian beliau memerintahkan 4 orang pemuda yang tergabung dalam anggota PETA untuk menjalankan misi rahasia tersebut. Mereka adalah Abdurahman (katapang), Arsad Katapang (Katapang), Djabir (katapang), Amei (keturunan cina). Mereka di perintahkan untuk menukar senjata di Manila Piliphina. Di perbatasan Manila Piliphina Presiden Soekarno bersama Kapal Selam mendekati mereka dan mengajak mereka berfoto dan memberikan Bendera Merah Putih.
 Adanya komunikasi perjuangan inilah yang membangkitkan semangat nasionalis pejuang Katapang. 17 Agustus 1945 setelah proklamasi kemerdekaan tentara jepang menyampaikan kekesalannya kepada masyarakat katapang bahwa “kalian telah merdeka”. Hal ini belum serta merta mereka umumkan kemerdekaannya. Sehari kemudian tepatnya tanggal 18 agustus 1945 memanfaatkan kebingunan tentara jepang pada saat itu, kemudian mereka mengibarkan Bendera Merah Putih yang pertama. Selama beberapa jam dengan pengawalan ketat. Bendera merah putih yang pertama dikibarkan ini kemudian disimpan dengan baik. Tahun 1949 tepatnya tanggal 17 agustus pengibaran kedua dilakukan. Bendera ini kemudian disimpan (ditanam) pada tahun 1950 disaat terjadi pembantaian masyarakat Katapang oleh pasukan separatis RMS.
Dari sejara perjuangan diatas tergambar batapa penting keterlibatan masyarakat katapang dalam mempertahanykan dan meperjuangakn kemerdekaan, sehingga sudah sepantasnya status desa dikembalikan lagi sebagai bayaran atas apa yang telah dilakukan masyarakat katapang kepada Negara ini.  Dari sekian banyak negeri di maluku kenapa harus Katapang yang diberikan Bendera Merah Putih oleh Negara. Kenapa harus dikatapang yang mengibarkan bendera merah puti pertama kalinya.. lalu dimana mereka yang sekarang tidak rela katapang dimekarkan pada saat itu.. kenapa saat itu mereka tidak berdiri di depan melawan penjajah.
Sekarang ketika harum merdeka mulau tercium, ketika wangi kemerdekaan sudah tercium baru mulai angkat suara.





Berdasarkan kutipan sejarah singkat kampung Katapang di atas. Menunjukan bahwa dari awal terbentuknya hingga sekarang Kampung Katapang tidak pernah berada dibawah salah satu pemerintahan desa manapun dengan kata lain Katapang selama ini mengurus pemerintahannya sendiri atau independen tanpa melekat pada administrasi salah satu desa yang ada di kecamatan Seram Barat. yang mana pengangkatan kepala kampung adalah langsung berada di bawah kepala pemerintahan belanda pada saat itu hingga pada masa kecamatan seram barat di piru.  Semoga ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua..
Nb.
Kepada TIM Pemekaran Desa Katapang yang saya cintai dengan dokumen yang telah kami kumpul dan susun dahulu dari 5 pemuda katapang (Masudin Sangadji, Arif Sangadji, Bambang Sangadji, Mutalib Sangadji dan Asril Syukur) apabila masih tersimpan di sana bisa dijadikan sebagai bahan refernsi untuk perjuangan pemekaran. Hamper semua dokumen penting ada disana, surat bupati yang tertera nomor dan tanggal surat gubernur juga ada disana. Ada juga peta dan beberapa rekomendasi negeri dan desa tetangga termasuk juga peta desa.
Beberapa poin yang bisa diperjuangkan, Harusnya dokumen itu bisa jadikan bahan referensi,
1.      Gugat surat gubernur tahun 1986 di Pengadilan tatausaha Negara
2.      Meminta gubernur maluku untuk membatalkan surat yang telah di keluarkan pada tahun 1986 secarah sepihak yang merugikan katapang hingga saat ini sehingga tidak ada alasan lagi bagi Katapang untuk tidak dimekarkan.
3.      Menujukan bukti perjuangan masyarakat katapang kepada pemerintah republic Indonesia (sejarah pembantaian dan bendera pusaka)
4.      Tentu mengusulkan pemekaran desa yang telah usulkan ke pemerintah kabupaten tetap dilanjutkan dan dikawal tapi tiga poin di atas juga harus berjalan.
Dengan langkah-langkah ini kita semua berharap agar perjuangan katapang dapat terwujud. Janganlah kita selalu menunggu bola yang sering dijadikan janji manis yang menggiurkan namun tidak pernah terealisasi. Ini mungkin hal paling penting yang harusnya kita dahulukan. Bukan kegiatan yang lain. Mungkin juga kegiatan itu penting tapi beta piker kegiatan ini lebih penting dari yang lain.

Friday, December 4, 2015

STATUS DESA KATAPANG DI BAWAH DESA LOKKI SEBAGAI AKIBAT PERMAINAN POLITIK



            Status Katapang pada awal pemerintahan kecamatan seram barat adalah Kampung yang setara dengan Desa status ini diberikan karena dianggap bahwa desa merupakan nama lain dari Negeri sedangkan Negeri sendiri adalah sebuah perkampungan adat yang dipimpin oleh seorang raja. Namun karena mayoritas penduduk katapang adalah pendatang sehingga mengakibatkan katapang di tetapkan sebagai kampong yang setara dengan desa karena mayoritas panduduk bukan masyarakat asli daerah ini atau bukan negeri yang kepemimpinannya di bawah seorang raja.
            Katapang mulai berdiri yang diawali oleh tiga orang perantau asal Buton yang memberi tanda kampong tersebut tepatnya dibawah sabuah pohon yaitu pohon katapang. Kemudian tanda itu dibiarkan dengan tujuan agar sekembali dari perantauan mulai menetap ditempat yang telah diberi tanda. Namun sebelum mereka bertiga melaksanakan niatanya untuk mendirikan kampung tersebut salah seorang perantau lainnya yang juga asal dari Buton telah membuat rumah kecil tepat berada diatas tanda yang dibuat oleh ketiga orang perantau tadi. Setelah mengetahui kalau tanda yang mereka buat sudah dibangun rumah baru ketiga perantau tersebut kembali dan bersama-sama membangun perkampungan tersebut.
            Kampung katapang didirikan sebelum pemerintah belanda masuk ke Pulua Seram khususnya lokki untuk menjalankan perusahaan yang sekarang praja karya. Pemerintah Belanda Masuk dan mengolah Perusahaan pada tahun 1950-an. Dalam perjalanan perusahaan tersebut banyak masyarakat katapang yang dijadikan sebagai pekerja. Pekerjaan yang dilakukan pada waktu itu adalah pertanian seperti bersawah, menanam sagu, kelapa, kopi dan coklat yang kesemuanya itu berada pada areal perusahaan Lokki. Areal perusahaan lokki sendiri berbatasan dengan wilayah Kampung Katapang yang dibatasi oleh sebuah sungai yang bernama sungai palapa di sebelah utara, dengan perkubunan sagu PD. Praja Karya di uhe sebelah selatan, dan sebelah barat dengan perkebunan damar perusahaan (PD. Praja Karya). Wialayah katapang merupakan tanah hasil usaha dari para leluhur yang sebagian lagi dibeli dari tangan pemerintah belanda pada saat itu.
            Setelah beberapa tahun berjalan perusahaan lokki mengambil tenaga kerja dari luar pulau Seram yang kebanyakan dari Pulau Saparua untuk menjalankan aktifitas perusahaan. Para pekerja ini kemudian diberi tempat tinggal yang tidak jauh dari tempat kerja mereka sehingga pihak perusahaan sepakat untuk mambangun pemukiman pada areal dekat pantai sejauh + 50 m dari garis pantai karena lebih dari 50 m dari garis pantai merupakan areal perkebunan sagu dan persawahan. Nama lokki sendiri adalah nama areal perusahaan pada waktu itu sehingga perkampungan yang didirikan oleh perusahaanpun lebih sering dipanggil dengan nama lokki.
            Namun kemudian Lokki sendiri sudah mengaku bahwa mereka adalah masyarakat asli daerah itu dan segala upaya untuk merealisasikan maksudnya itupun dilakukan termasuk memberi keterangan sepihak yang dibuat-buat kepada pemerintah kecamatan dan kekabupaten dilanjutkan ke pemerintah provinsi tentang status katapang yang berada dalam wilayah areal praja karya. Pada tahun 1979 katapang dipipin oleh seorang kapala desa yang dilantik oleh Bupati Maluku Tengah dan telah menjalankan pemerintahannya dengan membentuk lembaga-lembaga desa guna kelancaran pemerintahan desa yang diatur dalam UU. No. 5 tahun 1979.
            Pada tahun 1988 pemerintah kecamatan seram barat di piru mengeluarkan sebuah surat keputusan penolakan Desa katapang dengan nomor 140/316 tanggal 4 juni, dalam surat ini dikatakan bahwa sesuai arsip yang terdapat pada kantor kecamtan mengisyaratkan bahwa status katapang adalah kampong bukan desa dan selanjutnya ditetapkan sebagai dusun dibawah pemerintah desa lokki.
            Hal ini menggambarkan sembrautnya pengaturan pemerintahan dikecamatan pada saat itu. Bagaimana tidak kepala kecamatan pertama mengatakan kalau status katapang adalah kampong yang setara dengan desa sedangkan yang selanjutnya mengatakan bahwa kampung yang bukan setara dengan desa oleh Drs. A. Parenussa yang bertugas saat itu. Keputusan ini merupakan keputusan sebelah pihak yang tidak mendasar dan tidak disertai penelitian ke lapangan. Ini hanyalah pemamfaatan dan permainan politik atas ketidak berdayaan masyarakat katapang pada saat ini. Parenusa juga mengatakan bahwa tanah yang menjadi areal katapang tidak ada atau semua wilayah katapang termasuk dalam wilayah PD. Praja Karya unit I lokki.
Merujuk pada Berita Acara Pemeriksaan/Penyaksikan Atas Batas-batas Milik Perusahaan Daerah Praja Karya Unit I Lokki dan Tanah Areal (wilayah) desa Katapang yang dibuat dan ditandatangani oleh Pimpinan PD. Praja Karya Unit I Lokki serta pengawas lapangan dan saksi dari masyarakat katapang dan lokki. Bahwa wilayah katapang tidak termasuk dalam areal perkebunan PD. Praja Karya Unit I Lokki. Ini seharusnya menjadi referensi kepada pihak kecamatan baik jaman dulu maupun sekarang untuk menata pemerintahan desa dengan baik mengingat pemekaran daerah yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. diharapkan agar kesalahan dan langkah-langkah pembodohan masyarakat lewat kesalahan administrasi kantor kecamatan tempo doloe jangan dibudidayakan.

MS :  Ketua Umum Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Katapang (IPPMK) 2006

Wednesday, September 30, 2015

Kisah Nyata Pembantaian Sadis RMS 1950 di "KATAPANG" Maluku

Setelah proklamasi kemerdekaan RMS pada 25 April tahun 1950 di Maluku, tanggal 2 Mei 1950 Muhammad Noer (Kepala Kampung Katapang) Menerima berita dari Jakarta Bahwa Akan dikirim pasukan marinir untuk memberantas gerakan separatis RMS di bumi Maluku. Mereka dikirim dengan menggunakan kapala perang milik TNI angkatan laut. Mendengar berita tersebut Muhammad Noer meminta masyarakat Katapang untuk bersiap-siap menyambut pasukan TNI dari Jakarta. Masyarakat katapang kemudian bersiap-siap melakukan penyambutan. Apa yang mereka bisa lakukan telah mereka siapkan diantaranya mencari ikan, ambil kelapa muda, dan penjamuan
sekadarnya. Tidak hanya itu penjagaan malampun mereka lakukan karena kwatir adanya penyusup yang masuk menyerang. Sejak tanggal 9 Mei 1950 masyarakat katapang telah bersiap-siaga namun belum muncul juga kapal yang meraka nantikan. Sehingga kelapa yang mereka seiapkan sudah beberapa kali dimakan dan diganti, ikan dan makanan lain mereka makan dan menggantinya. Sampai tanggal 13 Mei 1950 baru kapal tersebut muncul dan berlabuh di Katapang. KRI Rajawali dibawah pimpinan Laksamana Jhon Lie (keturunan Cina) dan KRI Hang Tuah dibawah pimpinan Mayor Simanjuntak yang sandar di katapang.
Kapal ini dapat sandar dan berlabuh di laut katapang setalah mendapat kode dari Kepala Kampung Katapang Muhammad Noer. Kode atau tanda yang disampaikan oleh Muhammad Noer adalah dengan mengibarkan dua buah bendera merah putih kecil dengan pangjang sekitar 10cm. Ketika kapal tersebut terlihat jelas dengan teropong yang dimilikinya, kemudian Muhammad Noer mengeluarkan dua buah bendera kecil dari dalam bambu lalu mengibarkan dua bendera kecil itu didepan dadanya. Hal ini dilakukan agar teropong kapten kapal dapat melihat kode tersebut. Kode ini telah diatur sebelumnya sebelum kapal ini mendarat di katapang sehingga masing-masing telah mengetahui perihal kode yang nantinya diberikan. Masyarakat katapang sangat senang dan gembira menyambut datangnya dua buah kapal ini. Kegembiraan ini meraka apresiasikan dengan naik dan bermain di kapal tukar menukar makanan dengan TNI. Kedatangan kapal ini kemudian dilaporkan oleh mata-mata separatis RMS di lokki kepada Pasukan RMS di Piru. Karena kelelahan saat penjamuan dengan para TNI yang datang, pada malam itu masyarakat Ketapang tertidur dan tidak melakukan penjagaan di perbatasan kampung. Pada pukul 4.00 WIT pagi sebelum sholat subuh puluhan pasukan RMS telah tiba di Katapang. Seorang pemuda yang mengetahui kedatangan pasukan RMS lalu berlari untuk membangunkan masyarakat. Namun usaha yang dilakukannya sudah sangat terlambat ketika di berteriak “hoe Ora-ora kampo bangu ada tuki-taka di balaka kampo mau bila anji buka anji mau bila babi buka babi” (hai orang-orang kampung bangunlah ada suara tak-tik di belakang kampung mau bilang anjing sepertinya bukan anjing mau bilang babi sepertinya juga bukan babi) saat itu puluhan pasukan RMS telah mengepung sampai ke dalam kampung dengan peralatan senjata yang lengkap. Pemuda itu kemudian ditangkap dan disayat mulutnya hingga ke telinga.
Pagi itu seekor ayampun tidak berani berkokok, hanya terdengar suara tembakan yang mengaung menggantikan suara azan subuh. Semua rumah digeledah untuk mencari bukti-bukti perjuangan masyarakat Katapang, bendera merah putih pemberian Presiden Soekarno dicari untuk dimusnahkan. Semakin brutal pembantaian mereka karena tidak satupun bukti yang bisa mereka peroleh. Semua orang diminta keluar yang berlari ditembak ditempat, yang menangis ditembak ditempat. Setiap yang keluar harus diam dan berjalan ketempat pertemuan sesuai arahan mereka. Tidak dibolehkan membuat gerakan yang mencurigakan, banyak nyawa melayang di pagi itu, rumah-rumah dibakar tidak satu orangpun yang boleh menangis. Bapak, ibu, nenek atau kekekmu yang tertembak tidak perlu ditangisi semua masyarakat pemuda dan pemudi diperintahkan untuk berpesta, berpesta di antar korban-korban yang berserakan. “Ambil tipa” kata mereka “pukul tipa” kata mereka “ayo semua menari kalau tidak mau mati” kata merka pula. Semua masyarakat hanya bisa pasrah atas tindakan para separatis RMS di pagi itu.
Semua masyarakat yang hidup dikumpulkan disebuah tanah lapang kecil di dekat pantai, kemudian mereka menyuruh para mata-mata untuk mengenali tokoh-tokoh pejuang katapang. Setiap mereka yang ditunjuk oleh mata-mata kemudian dipisahkan ke lokasi samping sabuah (balai desa)  batang kelapa untuk dieksekusi, hanya sepenggal kalimat yang diutarakan sebelum mereka menembak (pesta di kapal Rajawalie, isap roko eskore, makan biskuite) hanya kelimat itu yang diucapkan sebelum mereka tembak setiap orang. Korban semakin banyak yang berjatuhan, pemuka dan tokoh-tokoh pejuang sudah banyak yang dibantai. Yang terbantai dibiarkan saja tidak boleh ada yang mengurusi biarkan semua bergelimpangan. Sungguh sebuah pembantaian yang sadis dan tidak berperikemanusiaan. Puluhan nyawa telah melayang hingga seorang komandan RMS asal maluku tenggara hendak menembak salah seorang masyarakat katapang (Renhoat) yang juga asal Maluku Tenggara lalu beliau berteriak menggunakan bahasa daerah mereka dengan kencangnya “neno mata kita” (mama beta mati juae). Serentak komandan itu kaget dan berkata kepadanya kanapa kamu dari tadi tidak bilang dari tadi saya tanya kamu tidak jawab. Kemudian komandan bertanya dimana lai ada orang katong (dimana lagi ada suku kita). Kata Renhoat di atas ada satu orang lai (disebelah barat ada seorang lagi) namanya Farnatubun. Kemudian komandan berlari mengecek orang yang disampaikan oleh Renhoat sesampainya ditempat Farnatubun, Ternyata Farnatubun telah meninggal tertembak. Kemudian sang komandan RMS itu menyesal dan berteriak “Beta sukala, Beta pung orang su mati” (saya sudah kala, orang saya sudah meninggal). Kemudian komandan itu memerintahkan kepada seluruh prajurit RMS pada saat itu untuk berhenti membunuh orang, bila ada lagi yang menembak berarti kita dengan kita akan berperang.  Dari situlah suara senjata mulai tidak terdengar lagi korbanpun tidak berjatuhan, mereka kemudian meninggalkan katapang dengan pesan untuk melapor ke Lokki setiap harinya. Mereka berangkat dengan beberapa orang yang menjadi tawanan salah satunya adalah Muhamad Noer tokoh utama pejuang katapang yang diseret sampai ke piru dan dibunuh di sekitar Hunimua Negeri Liang (Pulau Ambon) kemudian jenasahnya dipindahkan ke Tempat Pemakaman Pahlawan KAPAHAHA Ambon skitar tahun 1990an.



Setelah berjalan beberapa bulan dan ketika RMS dapat diusir dari pulau ambon, RMS kemudian berpindah ke Pulau Seram Piru. Kemudian para pejuang pejuang katapang bergabung dengan TNI untuk menyerang RMS di piru dan bersama-sama TNI hingga penangkapan ketua RMS dr Soumokil, bersama-sama TNI menelusuri semua wilayah dalam upaya penangkapan dr Soumokil. Pada akhir tahun 1950 Soumokil tertangkap kemudian KRI Rajawali dan KRI Hang Tuah kembali ke Jakarta. Ada beberapa pejuang termasuk pejuang Katapang yang ikut bersama dua KRI tersebut. Namun banyak yang kembali hanya seorang pemuda yang menetap di Jakarta dan menjadi TNI di sana. 

Dialah "MASRUHI" seorang perjuang yang saat pembantaian itu disiksa habis-habisan.. tangan dan kakinya di ikat kemudian seluruh badannya disayat dengan pisau lalu di jemur, hal ini dilakukan oleh RMS karena tidak ada jalan untuk melumpuhkan atau membunuhnya. tidak puas dengan perlakukan itu kemudia di dilepaskan dijatuhkan paksa ke tanah kemudian kepalanya dilempar dengan batu karang yang besar. Pada saat dilempar dengan batu besar dikepalanya, menjadi alasan dia untuk bebas dari siksaan dia kemudian tidak bernapas dalam waktu yang lama (pura-pura mati) sampai keadaan pulih baru dia bangun dari tempatnya berbaring. MASRUHI tidak pernah kembali ke KATAPANG sejak ke Jakarta hingga saat ini. hal ini karena beberapa kali minta untuk pulang selalu ditolak sama keluarganya karena DENDAM kepada Masyarakat LOKKI yang menjadi mata-mata RMS belum hilang. dia mau pulang ke KATAPANG dengan syarat harus membuhuh Masyarakat LOKKI yang menjadi mata-mata. hal ini yang selalu di tolak oleh keluarganya.

 Menyesal rasanya, darah kakek-kakek kami dan orang tua kami yang tertumpah untuk dan demi membela kemerdekaan Ibu Pertiwi “Indonesia Raya”. Darah mereka, semangat mereka, jiwa, mereka, kebahagiaan mereka semuanya dilimpahkan untuk satu cita, satu tujuan “menuju Indonesia Jaya,  Menuju Indoensia Raya. 





Namun apa yang didapat kampong mereka (KATAPANG - MALUKU), tempat tinggal mereka tempat yang menjadi kebanggaan, tempat yang memunculkan semangat-semangat pratiotisme dicampakan dan sangat dicampakan oleh Tanah Air sendiri. Tanah air yang dibangn dengan keringat darah, tetasen airmata, tulang belulang para kesatria. Tapi apa yang di peroleh kini kampong itu hanya sebuah dusun yang sungguh tidak dihargai seakan selalu ditertawakan oleh antek-antek separatis dan antek-antek penjajah dimasa kemerdekaan.

MEREKA SEAKAN TERTAWA, dari jaman penjajahan hingga kemedekaan PEJUANG terus dijajah dan PENNJAJAH dianggap sebagai pejuang. KAMPUNG (DESA) yang nyata-nyata adalah kampong separatis dibiarkan berdiri kokoh DAN difasilitasi, dimanjakan seakan mereka adalah pejuang seakan mereka adalah pahlawan dan perintis kemerdekaan. 

Sementara kampong para pejuang itu dibiarkan terombang ambing dengan status yang Tidak jelas. Kampong yang dibantai oleh gerakan separatis karena mempertahankan kemerdekaan, kampong yang menjadi tampat persinggahan awal dua KRI tanah air untuk pembasmian RMS di bumi Maluku. Itulah KRI RAJAWALI dan KRI HANG TUAH kapal perang nusantara yang disambut kedatangannya dengan suka cita oleh masyarakat katapang, namun kepergiannya membawa MALAPETAKA, puluhan rakyat katapang di bunuh, dibunuh dengan sadis, tanpa ada rasa perikemanusiaan. Pejuang dibantai, mayat mereka dibiarkan berserakan, tidak boleh ada yang menangis semuanya menari, keluaga pejuang yang terbunuh hanya pasrah, hanya menunggu giliran meraka akan dibunuh, hanya air mata doa yang sanggup ditelan. tiada lagi kata yang harus diucap, tiada lagi tatap yang harus ditatap mereka taksanggup membuka mata melihat tumpukan jenazah sang pejuang yang mereka harapkan terbujur kaku. 

KAMI ANAK CUCU MEREKA TIDAK MEMINTA BANYAK. HANYA MEMOHON AGAR PERJUANGAN KAKEK DAN ORANG TUA KAMI DIHARGAI. TOLONG HARGAI PERJUANGAN MEREKA DENGAN MENGEMBANGKAN KAMPUNG (DESA) MEREKA. JANGAN SELALU DIOMBANG-AMBING OLEH STATUS YANG TIDAK JELAS ITU.
 DULU STATUSNYA KAMPUNG YANG SETARA DENGAN DESA, KEMUDIAN MENJADI DESA PADA TAHUN 1978 KEMUDIAN JADI DUSUN LAGI PADA TAHUN 1986. 
TOLONG DI TETAPKAN STATUS YANG LEBIH PASTI.. MUNGKIN KAMI BUKANG NEGERI ADAT TAPI KAMI MEMILIKI ADAT, DAN KAMI MASYARAKAT ADAT. 
JANGAN HANYA KAMPUNG SEPARATIS SAJA YANG DI BANGUN TAPI KAMPUNG PARA PEJUANG JUGA PERLU DIBANGUN. KENAPA MEREKA DI FASILITASI OLEH NEGARA SEMENTARA KAMI DILIKUIDITASI OLEH NEGARA.

SEMOGA MENDAPAT PERHATIAN,...

Thursday, November 20, 2014

ADAT DAN BUDAYA MALUKU YANG ADA DI DESA KATAPANG SERAM BARAT



A.    KEGIATAN ADAT DAN BUDAYA MASYARAKAT
       
1.      Kegiatan Adat
Kegiatan adat kampung katapang yang turun temurun dilakukan atau ditentukan diantaranya adalah sebagai berikut :
Ø      Acara Adat atau ritual adat yang pertama adalah sebagai mana proses adat yang dialami dalam mimpi tentang penemuan kampung oleh Bapak Lantabi yang dikukuhkan menjadi kegiatan adat dan dilakukan dalam melaksanakan acara-acara adat di Katapang. Kegiatan adat yang tergambar adalah mereka di antar dengan sebuah ritual adat yaitu dengan menggunakan tampa siri yang diletakan diatas sebua loyang (baki) dan kain putih dan diletakan di atas kepala seorang perempuan kemudian diiringi keliling pulau seram sampai di lokasi kampung Katapang sekarang. Kegiatan adat inilah yang sering dijadikan sebagai acara adat tempo dulu yang dipakai pada kegiatan-kegiatan adat di katapang diantaranya, meminang seorang Kepala Kampung, Kepala Adat, Kepala Pemuda, Mengantar Tiang Alif Mesjid, hingga proses pinangan perempuan untuk menikah masih dilakukan proses adat ini.
Ø      Kegiatan adat selanjutnya adalah pengangkatan Kepala Kampung, Proses pengangkatan kepala kampung di katapang dilakukan berdasarkan cara pengangkatan Sultan Buton pada Kesultanan Buton yaitu para saniri atau orang tua-tua kampung yang meruapakan keterwakilan semua suku di Katapang musyawarah untuk Mengangkat Seorang Kepala Kampung Dari Keturunan La Aru yang diyakini dan teruji Bisa dan Mampu memimpin Katapang.
Ø      Adat selanjutnya adalah setiap pemuka-pemuka adat Kampung herus memiliki jiwa membangung, adil, menididik, menjadi teladan. Khusus untuk para pemimpin kampung atau pemuka-pemuka masyarakat diantaranya Kepala Kampung, Sekretaris, Imam, Modim, Ketua Adat, Kepala Pemuda dan pemuka kampung yang lain wajib memiliki pendamping atau menikah. Barang siapa yang belum menikah atau pernah menikah (cerai) tidak boleh diangkat sampai dia menikah kembali dan apabila telah diangkat dan bercerai baik dicerai atau ditinggal (pasangan meninggal) maka wajib baginya untuk mengundurkan diri dari jabatan yang dia pegang di dalam kampung.
Ø      Hasil keempat yang disepakati pada waktu itu adalah setiap pemuka-pemuka adat Kampung bila melakukan hal-hal asosila maupun hal-hal yang melawan hukum baik hukum adat, agama dan hukum negara diberhentikan dari jabatannya dengan tidak hormat.



2.      Kegiatan Budaya

Kegiatan budaya yang  tetap lestari di Kampung Katapang yang turun temurun dilakukan diantaranya adalah:
Ø      Pela
Ikatan persaudaraan yang merupakan sebuah warisan budaya tanah Raja-raja ini  merupakan sebuah budaya yang terdapat pada setiap daerah di tanah Maluku.
Terdapat berbapa cara pengangkatan pela di maluku, namun ikatan pela yang terjalin di Kampung Katapang antara Kampung Katapang dengan Desa Ariate adalah ikatan pela yang dibangun berdasarkan sumpah. Ikatan ini terbangun karena kedua pihak pada jaman perjuangan sering bahu-membahu atau saling membantu dan saling menyelamatkan karena masing-masing merupakan tujuan pemusnahan para separatis disaat itu yang ingin memecah belah NKRI. Katapang sendri sering dibantu dalam pemberian informasi penyerangan pasukan RMS. Setiap ada rencana penyerangan oleh separatis RMS ke Katapang, informasi itu langsung disampaikan oleh masyarakat Ariate kepada masyarakat Katapang untuk dapat mempertsiapkan diri. Sebaliknya pada gerakan separatis DITII pada tahun 1952 masyarakat katapang yang sering memberikan informasi kepada masyarakat Ariate bila ada rencana penyerangan. Kejadian ini berlangsung secara terus menerus sehigga hubungan kekeluargaan antara masyarakat Katapang dan Ariate menjadi sangat erat sehingga kedua kampung ini sepakat untuk saling mengikat tali persaudaraan lebih erat lagi dengan ikatan budaya adat Maluku yaitu Ikatan PELA.
Prosesi sumpah yang dilakukan pada pengangkatan PELA Katapang–Ariate merupakan sebuah kegiatan yang sangat sakral dimana kedua belah pihak bersumpah dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing kemudian mengambil darah dari masing-masing pemuka adat lalu ditempatkan dalam sabuah wadah (tempurung kelapa) kemudian di minum, sisa darah tersebut kemudian di tuangkan ke dalam sebuah wadah yang berisi air dan dibagikan kepada seluruh warga kedua belah pihak yang hidup pada saat itu dari orang tua hingga bayi yang baru lahir. kemudian sisanya lagi yang telah tercampur air tadi dimasukan kedalam sumur utama kedua kampung.
Ø      Sodara
Selain pela masyarakat maluku juga mengenal sebuah ikatan keluarga yang disebut gandong yakni sebuah keluarga yang terpisah di masa penjajahan belanda dan membuat kampung sendiri-sendiri. Di mana yang memilih untuk tetap muslim meninggalkan kampung mereka dan yang mengikuti desakan belanda untuk menjadi kristen harus tetap bertahan. dari proses ini kemudian dua negeri terpisah. Perpisahaan ini mengahruskan kedua saudara ini harus tetap memimpin masyarakat mereka dengan membangun kembali negeri dan ketika negeri ini berdisi sendiri-sendiri ikatan keluarga antara mereka tetap terjalin karena merupakan saudara sekandung yang lebih dikenal dengan istilah "GANDONG"
Ada sebuah ikatan sodara yang dibangun orang tua-tua jaman dulu yaitu ikatan sodara antara Negeri Seri di pulau ambon dan kampung Katapang. Ikatan yang terjalin ntara negeri seri Ambon dan Kampung Katapang bukan karena adanya ikatan Sekandung melainkan ikatan sodara yang di bangun karena adanya sebuah keinginan untuk membangun ikatan sodara dimaksud. Pengangkatan sodara ini terjadi karena masing-masing merasa berhutang satu sama lain yang mana seri merasa hutang terhadap masyarakat katapang atas bantuan masyarakat katapang menyediakan perlengkapan (kayu) pada saat mereka (masyarakat seri) membangun tempat peribadatan mereka (gereja) beritu juga sebaliknya hutang masyarakat Katapang terhadap Masyarakat Negeri Seri.
Ø      Pagelaran
Beberapa pagelaran seni dan budaya yang terpelihara pada masyarakat katapang sungguh beragam dan tetap dilesterikan namun karena kurangnya biaya sehingga ada beberapa pegelaran yang belum terealisasi kembali. Dianta pagelaran seni yang terdapat di katapang adalah sebagai berikut :
·           Seni
§         Tari sawat
Tari sawat merupakan sabuah kegaitan budaya masyarakat katapang yang hampir punah, hal ini terjadi karena perlengkapan sawat yang dimiliki sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi dan sebagian besar sudah hilang.

§         Hadrat
Hadrat merupakan kegiatan budaya masyarakat katapang yang masih terjaga dan masih dilestarikan hingga saat ini, walau nuansa keseniaannya yang sudah sangat jauh dari keasliannya.

§         Tarian eja-eja (cakalele)
Tarian eja-eja adalah salah satu tarian budaya yang menarik di masyarakat katapang. Tarian ini merupakan perpaduan antara kebudayaan buton dan kabudayaan maluku. Dulu tari ini sering diperagakan untuk penyambutan tamu.

§         Tarian Alionda (tari penyambutan tamu)
Tarian alionda adalah salah satu tarian budaya yang menarik di masyarakat katapang. Tarian ini merupakan sebuah tarian yang diangkat dari kebudayaan buton dan dipadukan dengan kebudayaan Maluku. Tari ini diperagakan oleh beberapa orang gadis untuk acara penyambutan tamu kebanyakan tari ini dipentaskan di luar ruangan.

§         Tarian Saride (tari penyambutan tamu)
Samahalnya dengan Tarian alionda, tarian Saride adalah salah satu tarian budaya masyarakat katapang. Tarian ini merupakan sebuah tarian yang diangkat dari kebudayaan buton dan dipadukan dengan kebudayaan Maluku. Tari ini diperagakan oleh beberapa orang gadis untuk ucapan selamat datang kebanyakan tari ini dipentaskan di dalam ruangan.

·         Olahraga
§         Pencak Silat
Pencak silat adalah sebuah kegiatan budaya masyarakat sejak dulu yang tetap dilestarikan. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat lebaran idul adha.

§         Manggurebe arombai
Manggurebe aromai adalah sebuah kegiatan budaya masyarakat katapang yang telah dilupakan. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan pada saat lebaran idul fitri. Kegaitan ini pada mulanya dilaksanakan karena adanya persaingan antar nelayan pada saat itu. Persaingan adalah arombai  (perahu) siapa yang paling cepat. Kemudian pada setiap lebaran idul fitri para pemilik arobay selalu melaksanakan lomba manggurebe arombai. Yang unik di acara ini adalah bukan karena pemenang tapi melaikan teknik dayung karena dayung harus dengan aturan yaitu suara dayung harus menarik antara pedayung satu dengan pedayung lainya.

·           Sirau
Sirau merupakan sebuah kegiatan budaya turun temurun yang telah dilaksanakan oleh masyarakat. Sirau adalah kegiatan atau acara yang dilaksanakan pasa saat seorang perempuan yang baru saja menikah memasuki rumah keluarga suaminya.

·           Baku Kasmakang
Kegiatan budaya ini merupakan salah satu kegiatan budaya yang langkah sekarang di masyarakat. Baku kasmakan merupakan sebuah kegiatan budaya yang dilakuan oleh seorang Ipar kepada Iparnya. Contohnya bila seorang keluarga istri secara tidak sengaja mengatakan kepada suami saudara mereka (ipar) atau seorang keluarga suami secara tidak sengaja mengatakan kepada istri saudara mereka, bahwa “wah durian itu sepertinya enak” atau “sudah lama saya tidak makan durian”. Ipar yang mendengar hal itu bisanya secara tiba-tiba datang kerumah membawakan durian kepada keluarga suami/istrinya itu dan disuruh makan sampai seluruhnya habis, biasanya sambil makan orang yang dikasimakan biasanya dimanjakan, didandan (pria/wanita). Bila makanan yang dibawah bisa dihabiskan maka, dia bebas tanpa menanggung biaya dari seluruh makanan yang di sediakan, namun kalau makanan yang disediakan tidak sanggup dihabiskan, maka dia wajib mambayar seluruh makanan yang disediakan termasuk denda 2x-5x lipat dari harga sebenarnya.

·           Baku sapu muka
Kegiatan budaya baku sapu merupakan sebuah kegiatan budaya yang tidak terlihat lagi sampai sekarang. Kegiatan ini biasa dilaksanakan pada saat hajatan perkawinan atau acara adat. Setelah selesai acara adat atau perkawinan, para masyarakat biasanya melaksanakan kegiatan ini yaitu, peralatan masak-memasak yang belum dicuci (dandang, kwali, panci) yang masih hitam dengan arang api kemudian digosok di tangan yang sebelumnya telah dilumuri minyak kelapa kemudian di sapu pada siapa saja yang terjangkau olehnya. Setiap orang mencari korbannya sehingga kampung menjadi ramai karena orang saling kejar mengejar, tidak hanya itu acara ini kemudian dilanjutkan dengan siram-menyiram bahkan ada yang dilempar ke air laut.

Friday, March 7, 2014

KATAPANG SEMESTINYA SEBUAH DESA BUKAN DUSUN



       Tahun 1902 La Ambo Bin La Aru anak dari La Aru yang pertama kali membuka Kampung Katapang diangkat menjadi kepala kampung Katapang yang kelima. La Ambo diangkat oleh masyarakat sekaligus disetujuai oleh Konterlur Van Keken (Pemerintah Belanda) yang berkedudukan di Piru dan berada langsung dibawah Konterlur sebagai kepala Pemerintahan Seram Barat di Piru. La Ambo menjadi kepala Kampung resmi dari tahun 1922 yang diangkat oleh pemerintah belanda sampai ia meninggal pada sekita tahun 1930.


Dalam kepemimpinan sdr. La Ambo, kondisi kampung dan masyarakat lebih baik dari pemimpin-pemimpin sebelumnya, sehingga tidak lagi terjadi pergantian kepala kampung pada saat itu sampai belian meninggal sekitar tahun 1930an. Sepeninggalan La Ambo Katapang dipimpin oleh anaknya yakni Muhamad Noer Bin La Ambo dengan gelar orang kaya dan menjadi tokah penjuang kemerdekaan yang terlupakan oleh pemerintah. Dibawah kepemimpinan Muhamad Noer menjadi masa-masa sulit di Katapang karena merupakan masa kebangkitan Indonesia secarah nasional. Sebagai pemimpin kampung dan tokoh perintis kemerdekaan beliau berjuang dan menggerakan mesyarakatnya sebagai pejuang kemerdekaan untuk melawan penjajah belanda di Pulau Seram sampai pada perlawanan masyarakat terhadap gerombolan-gerombolan yang ingin memisahkan diri dari Negara Indonesi yang saat itu dikenal dengan Baret atau RMS. Tahun 1950 sebagian kampung katapang dibakar oleh gerombolan dan terjadi pembunuhan orang tua-tua dalam kampung. Kesemuanya ini terjadi dalam kepemimpinan Muhamad Noer hingga beliau ditangkap dan diseret menggunakan mobil dari Katapang ke Piru dan dibunuh di daerah Hunimua Negeri Liang.
Pada tahun 1950 Muhamad Noer meninggal dunia lalu pemuka kampung  mengangkat saudaranya Taher Bin La Ambo (1950-1978) untuk mengganti kepemimpinannya dengan gelar Orang Kaya. Tiga belas tahun memimpin Katapang sejak pengangkatannya pada tahun 1950 Taher Bin La Ambo kemudian diangkat secara resmi oleh Kepala Pemerintahan Setempat (KPS) Seram Barat di Piru dengan surat keputusan  tanggal 10 Agustus 1963 Nomor 10.
Kepala kampung katapang Teher bin La Ambon pernah menduduki jabatan dalam kepengurusan Latupati Kecamatan Seram Barat. Beliau diangkat menjadi Bendahara Panitia Pembangunan Rumah Camat oleh Latupati Kecamatan Seram Barat. Selain itu hal yang sama juga terjadi pada masa pemerintahan Hasan Sangaji. Hasan Sangaji juga diangkat dalam kepengurusan Latupati Seram Barat yang berkantor di Piru Kecamatan Seram Barat.
Kampung Katapang sendiri pada saat itu dikalangan masyarakat lebih sering menyebutnya dengan nama Katapang Miring oleh karena pohon Katapang yang menjadi tempat perteduhan awal sebelum menjadi kampung tersebut miring ke arah pantai. Hal inilah yang menjadikan Kampung Katapang lebih dikenal dengan nama Katapang Miring pada saat itu hingga datangnya penjajah belanda. Kemudian nama tersebut bertahan hingga tahun 1960-an saat pemerintahan kecamatan Seram Barat kabupaten Maluku Tengah mulai diaktifkan oleh pemerintah Maluku pasca kemerdekaan.
Sepeninggalan Taher Bin La Ambo pada tahun 1978 di Mekkah saat menunaikan Ibadah Haji beliau digantikan oleh saudara sepupunya yang juga merupakan keturunan dari La Aru yaitu Hasan Sangadji (1978-1997). Hasan Sangadji kemudian diangkat sebagai Kapala Kampung Katapang dan kemudian mengutip sejarah terbentuknya Kampung Katapang

Berdasarkan kutipan sejarah singkat Pemerintahan kampung Katapang tersebut di atas. Menunjukan bahwa dari awal terbentuknya hingga sekarang Kampung Katapang tidak pernah berada dibawah salah satu pemerintahan desa manapun dengan kata lain Katapang selama ini mengurus pemerintahannya sendiri atau independen tanpa melekat pada administrasi salah satu desa yang ada di kecamatan Seram Barat. yang mana pengangkatan kepala kampung adalah langsung berada di bawah kepala pemerintahan belanda pada saat itu hingga pada masa kecamatan seram barat di piru. 
Seperti disampaikan oleh Mantan Kepala Kecamata Seram Barat yang pertama yaitu Bapak  S. A. M. Latuihamallo bahwa Katapang sejak dahulu adalah Kampung yang setera dengan Negeri. Karena pada waktu itu belum dikenal istilah desa di Maluku dan karena katapang merupakan Negeri Pendatang yang dibawah kepemimpinan kepala kampung bukanlah Raja. sehingga katapang lebih dikenal dengan Kampung yang berada sejajar dengan Negeri-Negeri yang ada di Kecamatan Seram Barat diantaranya : Eti, Piru, Buano dll..

Thursday, March 6, 2014

PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH DI KATAPANG MALUKU 18 AGUSTUS 1945


 
 
Tahun 1940 dalam kehidupan masyarakat Katapang belum terjadi pergerakan perjuangan, kehidupan pada masa itu dirasakan normal adanya. Bekerja untuk pemerintah belanda mengambil keuntungan seadanya bukan sebuah penyiksaan menurut mereka. Asalkan tidak disakiti atau ditindas kasar mereka tetep melakukan pekerjaan mereka dengan baik. walaupu perasaan jengkel mulai muncul namun karena keterbatasan mereka sehingga mereka tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya pasrah dengan tingkah laku Pemerintah Belanga kala itu. Mulai terjadi pergerakan masyarakat katapang melawan penjajah adalah pada tahun 1942 ketika jepang menduduki seluruh Indonsia termasuk Katapang. Puncaknya ketika masyarakat katapang dijadikan tentara atau prajurit pembantu jepang yang dikenal dengan KNIL dan HEIHO. Semua pemuda katapang dipaksa untuk menjadi prajurit jepang. Beberapa orang diantara pemuda katapang sampai dipercayakan memimpin pasukan KNIL dan HEIHO. Hikma positif yang menguntungkan pada Jaman pemerintahan jepang atau era pendudukan Jepang di Katapang adalah makin baiknya hubungan komunikasi karena pemerintah jepang membangun sebuah pemancar penerima siaran radio dan memfaslitasi beberapa pasukan mereka dengan pesawat radio. Sehingga secara diam-diam pemuda katapang yang tergabung dalam pasukan HEIHO mulai mengikuti pergerakan perjuangan para pejuang indonesia yang ada di Bagian Barat dengan membentuk pasukan PETA. Pasukan PETA kemudian masuk dalam barisan jepang sebagai mata-mata. Hati-hatinya pergerakan pasukan PETA membuat jepang tidak mampu membaca pergerakan mereka.
Salah satu pemimpin besar PETA yang terselubung di balik nama besar HEIHO yaitu Muhammad Noer yang merupakan Kepala Kampung Katapang dan merupakan tokoh perintis kemerdekaan di Maluku bersama Wem Lewaru (Waai) dan Ye Hasan (Luhu). Mereka menjadi sebagain tokoh yang menjadi tongkat pergerakan kemerdekaan di Maluku yang sampai sekarang terkubur bersama sejarah perjuangan mereka, hanya Wem Lewaru yang masih diabadikan namanya sampai sekarang. Tahun 1944 Muhamad Noer diberi tugas yang sangat besar oleh Presiden Pertama yaitu menjalankan sebuah misi rahasia. Kemudian beliau memerintahkan 4 orang pemuda yang tergabung dalam anggota PETA untuk menjalankan misi rahasia tersebut. Mereka adalah Abdurahman (katapang), Arsad Katapang (Katapang), La Djabi (katapang), Amei (keturunan cina). Mereka di perintahkan untuk menukar senjata di Manila Piliphina. Dengan perahu Kora-Kora dan bermuatan kelapa Kopra mereka berlayar menuju Manila mendekati perbatasan Manila Piliphina Presiden Soekarno bersama Kapal Selam mendekati mereka dan mengajak mereka berfoto dan memberikan Bendera Merah Putih dan pesan-pesan cara mereka ke manila. Setelah Presiden Soekarno meninggalkan mereka selang beberapa jam kemudian muncul sebuah kapal derek. Kapal tersebut kemudian menarik mereka sampai ke Manila Piliphina. Sesampainya di Manila mereka sangat bingung dengan penyambutan yang dilakukan pada mereka, kemudian penukaran kelapa kopra dan senjata dilakukan tanpa banyak negosiasi yang dibangun. Setelah selesai proses penukaran kemudian mereka kembali ke Indonesai (Maluku) dengan muatan senjata ratusan pucuk dan peluru ratusan peti. Sampai di Sulawesi Utara (Manado) mereka diberitahukan kalau misi mereka telah diketahui pihak jepang sehingga senjata yang mereka bawah dari manila untuk para pejuang PETA di Maluku harus mereka tinggalkan di Manado. 
 
 



 Setelah semua barang yang dibawah ditinggalkan di Manado kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke Maluku. Mamasuki pulau Ambon mereka digeledah dan ditahan oleh pasukan jepang. Kurang labih 4 bulan mereka di tahan baru kemudian mereka dibebaskan lagi oleh Muhammad Noer sebagai komandan HEIHO dan PETA pada saat itu. Mereka kemudian kembali ke Katapang dengan hanya membawa pemberian dari Presiden Soekarno yang mereka sembunyikan rapat didalam kapal. Itulah bendera pertama yang masuk di Katapang dan diberikan langsung oleh presiden Pertama Indonesia. Perjuangan mereka terus berlanjut setiap ada pergerakan perjuangan para tokoh katapang telah siap siaga. Pada waktu-waktu tertentu Muhammad Noer sering berkomunikasi dengan kapal-kapal selam pejuang yang berlalu lalang di laut Katapang. Komunikasi yang dibangun adalah gerakan-gerakan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
 Adanya komunikasi perjuangan inilah yang membangkitkan semangat nasionalis pejuang Katapang. Namun pada waktu itu perjuangan yang mereka lakukan hanyalah sebatas pemberian informasi tentang kekuatan dan kelemahan tentara jepang. 
Tanggal 17 Agustus 1945 setelah proklamasi kemerdekaan tentara jepang menyampaikan kekesalannya kepada masyarakat katapang bahwa “kalian telah merdeka”. Hal ini belum serta merta mereka umumkan kemerdekaannya. Sehari kemudian tepatnya tanggal 18 agustus 1945 memanfaatkan kebingunan tentara jepang pada saat itu, kemudian mereka mengibarkan Bendera Merah Putih yang pertama. Selama beberapa jam dengan pengawalan ketat. Bendera merah putih yang pertama dikibarkan ini kemudian disimpan dengan baik. Tahun 1949 tepatnya tanggal 17 agustus pengibaran kedua dilakukan. Bendera ini kemudian disimpan (ditanam) pada tahun 1950 disaat terjadi pembantaian masyarakat Katapang oleh pasukan separatis RMS (Baret) sampai kini belum diketahui keberadaannya. Mengetahui bendera pemberian beliau pada pejuang Katapang telah hilang kemudian Presiden Soekarno mengirimkan penggantinya (duplikat bendera pusaka) dan masih terpelihara sampai sekarang.