Monday, January 11, 2021

Terbentuknya Kampung Katapang part - 3

 Sejarah Katapang Part - 3


Pertengahan tahun 1852 sebuah kapal (kora-kora) yang bersal dari kesultanan buton berlayar menuju timur Indonesia yang di tumpangi 7 orang pemuda diantara mereka salah satunya adalah La Aru dan merupakan orang yang pertama turun dari kora-kora beliau meminta untuk diturunkan di ujung pulau seram tepatnya di daerah tanjong Halulu (labuang). 
 
La Aru merupakan anak keturunan kesultanan buton yang pernah datang ke daerah ini dalam membantu Kerajaan Huamual berperang melawan para penjajah yakni bangsa Portugis dan belanda sekeligus penyebaran agama islam sejak tahun 1560 hingga 1802. Atas arahan dari orang tua beliau kemudian La Aru memilih untuk tinggal di lokasi tesebut. Tempat tinggal beliau yang pertama adalah lokasi tanjung halulu. Setelah beberapa hari beliau tinggal dilokasi tersebut, pada suatu hari dalam kondisi air laut surut beliau mencari ikan sampai keujung pasir putih kemudian beliau melihat kearah selatan. Saat itu beliau melihat hamparan pasir putih (meti) yang sangat besar, lalu beliau berjalan menuju hamparan pasir putih tersebut. Karena terharu dengan lokasi yang baru saja beliau lihat beliaupun berjalan ketepi pantai dan berteduh disebuah pohon yakni pohon katapang yang sebelumnya telah diberitanda oleh empat orang perantau yang juga asal Pulau Buton. Beliaupun berteduh dibawah pohon tersebut, perasaan beliau yang semakin hari semakin nyaman menumbuhkan keinginan dalam hati untuk membangun tempat tinggal di lokasi itu. Kemudian beliau berdiri di atas pohon ketapang dan melihat sekeliling wilayah. Setelah melihat-lihat lokasi sekitar, semakin manambah keinginan beliau untuk mendirikan tempat tingal di lokasi ini.

Sambil duduk dan mengolah hasil yang baru saja diambil dari pantai tidak disangka hari sudah semakin gelap. Kemudian beliau mengambil sebuah kerang (kuli biah) dan satu biji buah bintanggor. Buah bintanggor tersebut beliau kupas dan dimasukan kedalam kulit kerang sambil menunggu hari semakin gelap. Setelah itu beliau membersihkan lokasi sekitar pohon untuk tidur. Sebelum tidur biji bintanggor tadi beliau bakar sebagai pelita penerang tidur. Saat membakar biji bintanggor sebagai pelita tadi beliau berjanji, kalau seandainya pelita tersebut tidak padam sampai siang, berarti tempat itu akan belian jadikan perkampungan, tapi kalu sampai siang saat ia terbangun pelita tadi sudah padam berarti beliau tidak akan mendirikan perkampungan di lokasi ini. Setelah mengucapkan janji tersebut barulah beliau tidur.

Ketika terbangun di pagi hari terlihat pelita yang semalam dinyalakan masih tetap menyala walau semalam ada sebuah perasaan cemas dalam hati karena angin bertiup kencang. Melihat pelita yang dibakar tidak padam sampai pagi beliaupun bergegas mengambil semua perlengkapan beliau yang diletakan ditempat tinggalnya yang pertama. Kemudian beliau membuat rumah kecil dibawah pohon ketapang yang batang pohonnya agak miring kearah pantai. Lokasi tempat rumah beliau persis berada diatas lokasi yang telah diberi tanda oleh perantau sebelum beliau. Beberapa bulan mendiami tempat tersebut kemudian awal tahun 1853 La Aru berangkat ke pulau buton dan Ternate untuk mengambil istri dan beberapa orang keluarga yang masih merupakan keturunan pendahulu mereka yang pernah datang di daerah ini melawan bangsa potugis. Istri beliau Saadia adalah seorang perempuan keturuan Kesultanan Ternate yang merupakan turunan pemegang kekuasaan dan dihormati di Kesultanan Ternate. Ketika kembali yang bersama La Aru bukan hanya istri beliau tetapi juga beberapa orang keluarga beliau. Kemudian mereka mendirikan rumah dan berkebun. Saat itu baru sekitar empat buah rumah yang dibangun dan berpenghuni.

Beberapa bulan mereka tinggal barulah informasi ini sampai pada keempat perantau tadi yang sebelumnya telah memberi tanda tepat dimana La Aru dan keluarga tinggal. Karena mendenganr tempat yang mereka tandai sudah dibangun perkampungan, maka mereka berempat berniat untuk meninggalkan tempat tinggal mereka dan pindah ke lokasi baru di daerah pohon katapang. Sampai di Katapang kemudian mereka bertemu La Aru dan bercerita perjalanan mereka dan niat mereka untuk bermukim bersama-sama dengan La Aru. Dengan senang hati La Aru menerima mereka dan bersama sama membangun Katapang.

No comments:

Post a Comment

Sampaikan Komentar Anda