Kisah kancil dan Kuda Yang Sombong
dan hidup
rukun di dalam hutan yang sejuk. Suatu sore, pada waktu si kancil
berjalan sendiri, tiba tiba ada seekor kuda yang berlari sangat kencang
mendahuluinya, sambil berteriak,
“Kancil jelek! Tidak bisa berlari!”
“Hai kuda jangan sombong, aku bisa berlari cepat kok.”
“Ah bohong, kalau berani ayo lawan aku lomba lari cepat. Seratus meter.”
dan kancil pun setuju. Mereka sepakat untuk bertanding di sini esok hari.
Lalu
mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Kuda langsung tidur, ia malas
berlatih. Sedangkan kancil langsung berlatih secukupnya supaya besok
pagi ia bisa memenangkan pertandingan.
Esok harinya, mereka pun berkumpul di tempat yang telah disepakati. Teman-teman kuda dan kancil ikut datang juga.
Tepat
pukul sembilan pagi perrtandingan dimulai. kuda langsung melesat
meninggalkan si kancil. Teman-teman kancil berteriak memberi semangat
pada kancil, sehingga ia terus berusaha berlari mengejar kuda yang sudah
jauh di depan. Akhirnya si kancil bisa mendahului kuda yang berhenti
karena kecapekan lalu tertidur di bawah pohon apel.
Akhirnya
si kancil pun memenangkan lomba lari. Kuda yang sombong itu meminta maaf
pada si kancil dan semua teman-temannya, dan semua hewan di hutan
akhirnya hidup rukun dan damai.
Semut dan Gajah
Tersebutlah, di sebuah negeri antah
berantah. Kekuatan gajah sangat dominan dalam mengusai sebagian wilayah
pasokan makanan bagi kehidupan binatang. Para gajah yang menguasai
wilayah pasangan itu tidak ada lawan tanding yang seimbang. Bahkan
harimau dan singa yang dijuluki sebagai raja hutan atau raja rimba
sekalipun tidak berani memangsa dan mengganggunya. Kondisi inilah yang
membuat para gajah begitu angkuh, sehingga mereka telah menganggap
dirinya sebagai raja dari segala raja yang ada hutan.
“Hwa ha ha ha!” demikian tawa gajah yang menyombongkan dirinya, saat
mengukur diri betapa golongannya jauh lebih kuat dari binatang rimba
lainnya.Tidak ada yang ditakutinya meski mereka memiliki taring besar seperti Harimau dan Singa sekalipun. Karena keduanya pastilah menghindar bila telah berpapasan dengan para Gajah yang dengan angkuh menghentak-hentak kaki ke bumi dan melambai-lambaikan belalainya seakan ingin merobohkan semua yang menghalangi perjalanannya.
Para tokoh di kerajan semut berkumpul. Mereka melakukan ritual penghormatan terakhir. Terhadap saudara mereka sesama koloni yang menjadi korban. Mereka melakukan upacara itu dengan iringan doa dari semuanya. Supaya yang telah tiada itu mendapatkan posisi terbaik di sisiNya. Yang maha menguasai dari seluruh kekuasaan.
Upacara di tutup dengan isak tangis dan keresahan yang dirasakan seluruh koloni. Karena esok lusa bisa saja Keangkuhan dan kesombongan para gajah itu kembali terjadi. Karena mereka mendengar kata-kata terakhir dari gajah yang berlalu dengan ganasnya itu.
“siapapun kalian. Karna tidak menyingkir dari jalan kami. Maka terimalah akibatnya”
Begitulah kata-kata Gajah itu sambil berlalu. Tanpa melihat berapa banyak korban yang telah tiada. Para Gajah itu memang tidak takut dengan apapun dan siapapun.
Tiba-tiba dari paling belakang kerumunan ada yang berteriak.
“Ini tidak bisa di biarkan. Mereka terlalu sombong. Mereka terlalu angkuh hingga kematian saudara kita tidak dihiraukan. Bahkan mereka tidak menyadari semuanya”
“Betul saudara-saudara. Ini semua sudah keterlaluan” dari tengah kerumunan. dengan badan tinggi besar itu bersuara.
Pagi menjelang. Ditengah keheningan hutan yang mulai beranjak terang. Tiba-tiba kegaduhan terdengar. Raja gajah yang tinggi besar itu mengamuk. Pohon besar yang ada diatara kawanan gajah ditabrak hingga bergetar. Raja gajah itu tersungkur kesakitan.
Gajah yang lain mulai berkerumun. Menyaksikan rajanya yang tergelatek kesakitan karena menabrak pohon besar. Dan tanpa diduga semuanya, raja kemudian bangkit dan kembali mengamuk. Gajah gajah lain tertabrak. Beberapa diantaranya langsung terjatuh.
“ampuuun!…sakiit…Ampuuun!” Raja gajah itu terdengar berteriak sambil berlari memutar. Pohon dan rerumputan kecil terlindas.
Dan raja gajah itu menabrak batu yang besar. Dia kembali tersungkur. Kepalanya terluka karena terbentur batu yang keras itu. Setelah terlihat tidak bisa berdiri lagi. Kawanan gajah berkumpul mengelilingi rajanya.
“Ada apa rajaku? Siapa yang telah lancang menyakiti kawanan gajah, akan kita hancurkan. Raja siapa yang berani menyakiti itu?” Putra Raja gajah bertanya sambil mengusap kepala raja gajah dengan belalainya.
Raja gajah tidak segera menjawab. Dia telihat tersenggal-senggal bernafas. Karena lelah berlarian. Matanya terlihat meringis menahan sakit karena tekena benturan dengan pohon dan batu besar. Kemudian dia berkata.
“Yang menyakitiku adalah semut”
Mendengar perkataan itu. Spontan semua kawanan saling berpandangan. Beberapa diantaranya ada yang cekikikan menahan tawa. Dan ketika Putra raja tertawa. Semua kawanan mulai tertawa terbahak. Bahkan ada diantaranya yang langsung berguling-guling karna tidak tahan menahan tawa.
Dalam sekejap Raja gajah memaksakan dirinya untuk berdiri. Dan dengan bantuan putra dan beberapa pengawal raja. Kini raja telah berdiri tegap. Semua gajah langsung berhenti tertawa. Meskipun diantaranya masih ada yang menutup mulut mereka dengan belalainya. Karena masih ingin tertawa. Gajah yang tertawa sambil berguling-guling langsung berdiri tegap dengan wajah pucat karena raja melihatnya dengan pandangan yang marah.
“Kalian semua dengarlah! Aku tidak main main kali ini. Para semut memang bisa menyakiti kita dengan sangat kejam” Raja berkata dengan keseriusan dan wajah yang meringis menahan sakit.
“Raja! Mereka begitu kecil. Jadi, bagaimana mungkin mereka bisa menyakiti kita?” Tanya gajah yang paling depan diantara kerumunan itu. Dia berada tepat di hadapan Raja gajah yang masih terlihat meringis sambil mengibas-ngibaskan daun telinganya yang lebar.
“Kita harus membalasnya! Kita bisa menghancurkan sarang dan seluruh penghuni di dalamnya raja. Kenapa kita tidak cepat bertindak?” gajah yang berada di samping Raja berkata sambil menghentakkan kakinya. Dia marah sekali kepada semut. Kemudian gajah yang lain mengangnguk sambil bergumam “ya! Kita harus membalasnya”.
Suasana menjadi gaduh karna obrolan para gajah yang merasa kesal dengan tingkah semut itu. Hingga obrolan mereka terhenti karena raja gajah berkata stengah teriak.
“Jangan ceroboh. Sebelum semut-semut itu menyakitiku tadi pagi. Raja semut telah memperingatkan. Dan kalian harus tau mereka kini berada dalam telingaku. Dan telinga kalian semua telah berisi semut yang sejak malam telah bergerak memasuki telinga kita. Dan malam nanti secara serempak mereka akan menyakiti kita semua. Menyiksa kita karena kita telah melukai mereka kemarin siang. Ini adalah pembalasan mereka”
Mendengar perkataan raja tersebut. Para gajah langsung panik. Mereka terlihat sibuk saling melihat telinga temannya yang ada di samping mereka. Dan ternyata benar semua telinga mereka telah di isi semut dari berbagai jenis.
“Raja! Bagaimana kita bisa mengeluarkan mereka dari telinga kami?” Tanya gajah yang ada di hadapan raja dengan panik.
“Tidak ada. Karna yang aku tau, semut sangat gigih dan kuat. Bahkan mereka lebih baik mati daripada melepaskan gigitannya. Itulah yang aku tau dari dulu. Semut itu memiliki kekuatan dan keteguhan di hati yang sangat tangguh”
“Jadi apa yang bisa kita lakukan?”
“sebelum mereka menyakitiku. Mereka juga telah mengatakan bahwa keinginan mereka adalah saling menghargai dan peduli terhadap sesama penghuni hutan. Dan ancaman itu tidak aku tanggapi hingga mereka menyakitiku. Awalnya aku juga tertawa, karna kekuatan kita memang jauh dibanding mereka. Karna kita lebih kuat dari mereka. Tapi semuanya itu salah, meskipun kita kuat, ternyata kekuatan itu tidak selamanya bisa membuat kita terlindungi. Bahkan kita bisa disakiti oleh kekuatan kecil dari semut-semut itu”
Mendengar perkataan raja. Semua gajah langsung tertunduk. Mereka menyadari bahwa tidak ada yang bisa dilakukan. Mereka ternyata bisa dikalahkan oleh kekuatan semut yang sangat kecil itu. Melihat semua terdiam, kemudian raja mulai berbicara lagi.
“Saat ini yang bisa kita lakukah adalah mencoba memahami diri kita sendiri. Bahwa kita memang selama ini telah begitu angkuh dan terlalu sombong dengan kekuatan kita. Singa sang raja hutan saja memang tidak pernah berani menggangu kawanan kita. Tapi hari ini. kita telah dikalahkan oleh kekuatan semut. Ini memang memalukan. Tapi kita tidak akan mendapatkan perlakuan ini jika kita menghargai kekuatan kecil mereka sejak dulu…”
Tiba-tiba Raja terdiam. Dia seolah mendengatkan sesuatu. Dan dengan gerakannya sang raja menyuruh semua kawanan untuk diam. Raja mengernyitkan dahinya, dia terlihat sangat konsentrasi.
Beberapa saat itu dilakukan Raja. Dan sepertinya raja sedang mendengarkan kata-kata dari raja semut yang ada di telinganya. Dan kemudian Raja mengeluarkan suara suara yang tidak bisa dipahami oleh gajah yang lainnya. Para gajah hanya diam dia melihat rajanya yang mengeluarkan suara aneh itu. Setelah itu kemudian raja berhenti dan dia mulai berbicara seperti biasa lagi.
“Rakyatku. Bersiaplah! Tadi adalah bahasa isyarat untuk para semut yang ada di lubang telinga kalian. Dan sekarang mereka akan keluar dari telinga kalian semua. Mereka memang tidak ingin menyakiti kita. Mereka hanya ingin menyadarkan bahwa tidak ada yang paling kuat sehingga melupakan mahluk yang lainnya”
Mendengar perkataan raja. Para gajah terdiam. Mereka kini merasakan dari telinga mereka kelar semut-semut kecil yang berbondong bondong. Pera gajah melihat semut keluar di telinga kewannya satu persatu. Barisan panjang itu kemudian terlihat berjalan menuju ke sbelah
****
Setelah kejadian tersebut. Para kawanan gajah tidak pernah lagi merasa dirinya paling kuat. Sehingga dia tidak pernah menyepelekan kekuatan kekuatan kecil seperti semut dan binatang yang lainnya. Karna memang mereka menyadari. Tidak ada kekuatan yang paling sempurna. Kekuatan besar itu pasti aka nada yang mengalahkan. Bahkan kekuatan mereka yang besar pun bisa dikalahkan oleh kekuatan kebersamaan koloni semut. Sejak itu mereka hidup berdampingan dan tidak pernah saling mengganggu.
Seekor Musang dan Kura-Kura
Seekor Musang kebetulan sedang
berkeliaran di dekat sebuah sungai di hutan. Sambil mencari makan dan
bermain-main sendirian. Tiba-tiba ia melihat seekor kura-kura, yang
sedang berusaha melewati sebuah sungai kecil. Melihat kura-kura
tersebut, diapun tertawa melihat cara berjalannya yang sangat pelan.
Kemudian diapun mengejek si kura-kura, “hayo cepat melangkah hai
kura-kura, engkau telah berlatih bertahun-tahun namun tetap saja lamban,
apakah engkau tidak merasa bosan dengan kehidupan mu itu? Aku dapat
berlari melampaui mu, dan bolak-balik menyeberangi sungai ini beberapa
kali sebelum engkau berhasil menyelesaikan usahamu menyeberangi sungai
ini,” kata musang dengan nada sombong.
Karena tidak mendapat tanggapan dari
kura-kura. Musangpun bermain-main seorang diri, dan berusaha mencari
ikan di tepi sungai kecil tersebut, sambil sesekali memperhatian
kura-kura. Setalah beberapa saat, musang kembali mengolok-ngolok
kura-kura. “Hai kura-kura, apakah engkau mendengar ucapanku tadi? Apa
karena kakimu pendek menyebabkan telingamu juga tertutup dan sulit untuk
mendengar ucapanku?” Karena jengkel, mendengar ejekan si musang,
kura-kurapun menoleh kerah si musang dan berkata, “Jangan sombong kamu
musang! kalau engkau berani, mari kita bertaruh untuk menyebrangi sungai
ini melalui sebatang kayu diseberang sana.” Tentu saja, tantangan ini
bukan saja memancing gelak tawa musang namun juga beberapa hewan lain
yang kebetulan berada disekitar sungai itu.
Karena merasa tantangannya tidak
digubris si musang. Sekali lagi kura-kura itu berteriak, “Hai kamu
musang, aku serius dengan tantangaku, kenapa engkau hanya diam saja?
Apakah engkau takut berlomba denganku?” Terdengar dari jauh, suara hewan
lain tertawa sambil berkata, “Ayo musang, kenapa kamu takut dengan
tantangan itu?”. Mendengar gelak tawa beberapa hewan itu, musang pun
berkata, “Baiklah kura-kura, aku setuju! Anggap saja engkau tidak
waras mengajakku berlomba, karena tidak mungkin seekor kura-kura dapat
memenangkan perlombaan ini melawan musang. Oleh karena itu aku berikan
kesempatan engkau berjalan terlebih dahulu melalui sebatang kayu
tersebut.”
Karena menganggap enteng dan merasa
tantangan itu tidak masuk akal. Diapun bermalas-malasan dibawah sebuah
pohon, untuk mengeringkan badannya karena sehabis mencari ikan, sambil
mengamati kura-kura itu melangkah. Beberapa menit kemudian, karena
merasa kura-kura belum juga menyelesaikan separuh dari perjalannya
melewati sungai tersebut, ia pun kembali berkata, “aku kasihan melihat
engkau melangkah hai kura-kura, oleh karena itu aku memberikan
kesempatan kepadamu beberapa menit lagi untuk mendekati seberang sungai
ini, karena aku hanya memerlukan waktu semenit saja untuk
mendahuluimu.” Setelah berkata, musang itu kembali bermalas-malasan di
bawah pohon. Tanpa disadarinya, ia pun tertidur.
Semua hewan mengetahui hal itu, namun
membiarkan kura-kura tetap melangkah perlahan-lahan. Terlihat beberapa
hewan mendekatinya dan berkata sambil berbisik, “Hai kura-kura cepatlah
engkau melangkah, kebetulan si musang sedang tertidur. Apabila engkau
dapat memenangkan perlombaan ini, kami semua akan menjadi sahabat
setiamu.” Medengar hal itu, kura-kurapun menjadi semangat dan berusaha
mempercepat langkahnya. Tanpa disadari si musang, kura-kura sudah
hampir menyelesaikan perlombaan, tinggal beberapa langkah lagi.
Hari mulai terasa gelap, dan langit
mulai mendung. Rintik hujanpun mulai terdengar dan membasai pepohonan.
Karena merasa tubuhnya basah, musangpun terbangun dari tidurnya. Tanpa
disadarinya kura-kura tinggal menyelesaikan beberapa langkah lagi untuk
memenangkan perlombaan. Tanpa pikir panjang, diapun langsung berlari
menyusuri sebatang pohon itu. Namun karena masih dalam keadaan
mengantuk, diapun tergelincir dan masuk ke dalam sungai. Tentu saja,
keadaan itu sangat menguntungkan kura-kura.
Akhirnya kura-kura menyelesaikan
perlombaan itu, mengalahkan si musang yang tertinggal dibelakangnya,
karena harus berenang di derasnya arus sungai itu. Semua hewan pun
bersorak sorai, dan tentu saja si musang menjadi malu karena tingkah
laku dan kesombonganya.
***
Dari cerita di atas, kita diingatkan
untuk tidak mencontohi orang sombong yang biasanya menganggap remeh
orang lain yang menurut mereka lebih kecil, baik secara fisik maupun.
Serigala dan Kambing
Ditengah hutan yang jauh di pedalaman,
terdapat sebuah desa yang berpenduduk hanya 10 keluarga. Kehidupan
sehari-hari warga desa tersebut, selain berladang juga berternak kambing
dan ayam. Karena letaknya desa di tengah-tengah hutan belantara,
terkadang mereka sering di ganggu berbagai hewan buas. Walaupun begitu,
mereka telah terbiasa dengan kehidupan seperti itu. Pasrah dan tetap
menjalani hidupnya sehari-hari.
Pada musim kemarau yang panjang. Kawanan
kambing harus digiring ke lembah yang cukup jauh untuk mendapatkan
rerumputan sebagai makanannya. Para gembala biasanya membiarkan
kambing-kambing mereka mencari rerumputan sendiri setelah menemukan
tempat yang sesuai. Pada suatu ketika di musim yang sama, terlihat
beberapa serigala mendekati lembah tersebut. Kebetulan saja, pada saat
itu kawanan kambing berada pada dataran yang lebih tinggi di sekitar
lembah. Melihat keadaan tersebut, serigala tidak dapat menjangkaunya
karena apabila mereka mendekati kawanan kambing , mereka pasti akan
dihalau oleh para gembala yang sudah terlatih untuk menghadapi hewan
buas.
Walaupun keadaan cukup sulit bagi
serigala-serigala tersebut, mereka tidak kehabisan akal. Mereka
mencoba untuk mendekati kawanan kambing dan berusaha menggodanya.
Ketika seekor serigala melihat seekor
kambing, ia berusaha mendekatinya sambil berkata, “Hai kambing, ayo ke
sini, rumput di sini lebih hijau dan lebih segar untuk makanan kamu.
Undang juga teman-teman kamu, agar mereka juga dapat menikmatinya!”
Mendengar teriakan serigala, kambing
tersebut pun berlari menuju kawanananya dan menyampaikan berita
tersebut. Karena masih muda dan belum berpengalaman, kambing muda
tersebut memaksa teman-temannya yang lain untuk ikut bersamanya menuruni
lembah dan mengikuti saran dari serigala tadi.
Beberapa kambing muda dari kawanan
tersebut ikut tergoda dengan ajakan tersebut. Namun sebelum mereka
berangkat, untung saja datang seekor induk kambing sambil berkata,
“Anak-anakku, biarlah saya yang akan menjawab ajakan para serigala itu,
kalian di sini saja. Saya akan segera kembali memberikan kabar untuk
kalian.”
Namun induk kambing diprotes oleh
kawanan kambing yang masih muda, “Kenapa tidak mengajak kami saja
bersama anda, apakah anda ingin menikmati rerumputan yang segar seorang
diri tanpa memperdulikan kebutuhan kami?“
Dengan bijak induk kambing tersebut
menjelaskan alasan mengapa mereka harus menunggu. “Anak-anakku, karena
kalian masih muda dan belum pernah bertemu dengan hewan buas di hutan
ini, hewan buas tersebut salah satunya adalah serigala yang mengajak
kalian tadi. Dia bermaksud mengelabui kalian, apabila kalian menuruni
lembah ini, kalian akan disantap olehnya.”
Kawanan domba mudapun memahami, namun
mereka melarangnya pergi sendirian atau lebih baik mengurungkan niat
menemui serigala-serigala itu. Kata induk kambing, “Saya tahu cara
menghadapi mereka, saya akan tunjukkan bahwa kita bukanlah kawanan
kambing yang bodoh, kalian tunggu saja di sini, saya akan kembali dengan
selamat.”
Setelah menjelaskan, induk kambing pun
menuju tempat yang diberitahu oleh kambing muda tadi. Sambil
berhati-hati melangkah dan melihat keadaan sekelilingnya, dia pun tiba
di tempat yang dimaksud. Dan ternyata memang benar, disana terlihat
beberapa serigala sedang bermalas-malasan sambil menunggu kesempatan
memperdayai kawanan kambing.
Melihat induk kambing dengan tubuh yang
cukup besar, seekor serigala menjadi tergiur dan kembali mencoba
menggodanya. “Hai kambing yang lapar, badanmu besar, pasti membutukan
rerumputan yang banyak. Ayo ke sini, ada rerumputan segar dan banyak
untuk kebutuhan kamu.”
Mendengar ajakan serigala tersebut,
induk kambing pun menjawab, “Terima kasih, rumput di bawah sana mungkin
akan jauh lebih baik. Tapi kalau aku turun kalian akan mendapatkan
makanan yang lebih baik, dan menjadi kesukaan kalian. Jadi saya lebih
suka di sini, di tempat dimana kalian tidak dapat menganggu saya dan
kawanan kambing yang lain, setidaknya kami cukup aman walau rerumputan
yang ada tidak sebaik yang kalian katakan.“ Setelah menjawab para
serigala itu, induk kambingpun segera kembali berkumpul dengan kawanan
kambing yang lain. Dan menceritakan apa yang dia lakukan, sambil
mengajak mereka semua kembali dan menemui para gembala.
No comments:
Post a Comment
Sampaikan Komentar Anda