(ADA APA DENGAN NEGERIKU)
(GORESAN PEMERHATI BANGSA)
Indonesia
yang terdiri dari ribuan pulau dengan kekayaan potensi alam yang beraneka ragam,
merupakan suatu anugerah Sang Pencipta yang patut disyukuri oleh keseluruhan
masyarakatnya. Perikanan, pertanian, perkebunan, peternakan, pertambangan, semuanya
melimpah dan menyebar di seluruh pelosok tanah air. Banyaknya potensi seharusnya
dapat dimanfaatkan negara kita sehingga menjadi Negara kaya ataupun Negara
terkaya sedunia, namun semua itu hanyalah harapan semu rakyat negeri ini. Dapat
dikatakan kalau semua ini terjadi karena ketidak mampuan sumber daya manusia
kita. Memang banyak potensi SDM yang telah kita miliki namun belum
termanfaatkan dengan baik oleh karena kekentalan praktek KKN dinegeri ini yang
belum sanggup diberantas. Belajar banyak dari negeri jiran mungkin salah satu
jalan terbaik yang tak perlu membuat kita merasa minder. Yang terpenting
sekarang bagaimana membuat keterpurukan ini menjadi peluang untuk menuju kearah
pengembangan yang nyata. Sedikit angkat mata melihat kemajuan Negara berkembang
RRC, yang beranjak dari posisi masyarakat budaya kumuh atau budaya terbelakang
mampu menerobos dan mengejutkan seluruh dunia dengan menghadirkan produk-produk
baru sehingga mengubah wacana menjadi Negara adikuasa setelah Amerika Serikat.
Mampukah kita mengembangkan posisi dari
Negara berkembang menjadi Negara maju dengan jutaan potensi yang kita miliki ?
Keterpurukan negara kita ini merupakan akibat dari tidak stabilan kanca
perpolitikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa semua kekacauan dalam negeri ini
merupakan buah dari perpolitikan yang tidak jelas dan membingungkan rakyat Indonesia.
Berusaha dan berdo’a haruslah menjadi kekhusukan kita dalam perjalanan menuju
arah yang lebih terang. Disamping itu kekuatan harus kita galang untuk mencapai
harapan kita bersama. Masing-masing orang memperjuangkan daerahnya melalui
program otonomisasi yang diprakarsai pemerintah, dapat dikatakan baik dan juga
dapat dikatakan buruk serta akibatnyapun demikian bisa baik dan bisa juga
buruk. Mempersiapkan dan memantapkan potensi SDM merupakan jalan awal yang
harus kita ambil demi pengembangan negeri ke depan.
Yang penting esok bisa makan, agar
bisa bertahan hidup, kata sebagian masyarakat. Namun apakah kita harus selamanya seperti mereka atau selamanya melihat mereka
dalam kondisi demikian. Mereka hanya butuh makan untuk menyambung hidup tapi
gejolak bangsa yang semrawut ini tak pernah mereka pedulikan. Dengan kepolosan, mereka tidak pernah menyangka kalau
ada sebagian orang yang memanfaatkan kondisi mereka untuk mencari uang.
APA yang harus kami lakukan?.
Dari dalam diri pemuda dan pemudi intelek hanya inilah yang selalu merasuk
tulang dan darah. Bertanya, berfikir, dan mencari menjadi kunci pelampiasan
kekesalan yang dirasakan. Tak bisa berbuat dan tak mampu bergerak bukan karena
mereka tak sanggup, tapi karena ada jeruji tajam yang selalu siap menerjang.
Mahasiswa sebagai tulang punggung bangsa hanya bisa bersuara. Mahasiswa adalah
musuh bagi aparat Negara. Sebenarnya ini merupakan anggapan yang sangat-sangat
keliru tapi demikianlah realitanya. Menganga dan bercerita mungkin alternatif
terburuk yang harus dijalani oleh tulang punggung bangsa ini. APA, apa lagi yang dapat kami lakukan,
kalau suara kita saja sudah tidak mau didengar oleh pembesar-pembesar Negara.
Hanya do’a yang bisa kami mohon kepada Tuhan semoga perjalanan bangsa ke depan
lebih baik dan mencapai cita-cita kemerdekaan yang tertuang dalam UUD 45.
Mengapa bangsaku ? Ada apa dengan bangsaku ?.
Kekacauan di mana-mana, harga barang naik, transportasi dan BBM meningkat,
bahan makanan harus kita impor, lalu apa kerja pemimpin dan elit-elit bangsa
ini ?. Masyarakat menjadi bingung, melihat kondisi bangsa yang sangat
memprihatinkan. Berharap dan menanti yang selalu mereka lakukan, semoga ada
kebijakan ataupun keputusan yang menyentuh kepentingan mereka rakyat kecil. Mengapa Wakil Rakyat yang kita pilih,
yang kita angkat dan kita dudukkan di Kursi Tertinggi Negara dan Daerah belum
berpihak kepada kita ?. Mereka hanya memikirkan Kursinya saja namun tak
pernah terpikirkan apakah pagi ini, siang ini, malam ini, apa-apa saja yang
tersaji di meja makan rakyat yang diwakilinya. Dapat makan atau tidak, tidak
pernah mereka pedulikan. Banyak pengemis di dalam negeri namun masih saja ada korupsi,
masih banyak yang miskin ingin berusaha, tapi masih saja ada kolusi, masih
banyak yang menganggur, tapi masih saja ada nepotisme. Ada apa dengan Negeri-ku.!
Negeri-ku bagai cerita dalam negeri
dongeng. Negeri-ku bagai sebuah Panggung
Sandiwara yang dulu dinyanyikan oleh Bang Ahmad Albar. Bagai semuanya sudah diatur, semuanya sudah
dikonsepkan tinggal kapan dilakukan saja.
Siapa..?
dimana dia.! Pemerintah kita mulai mencari dan berfikir siapa yang bisa
mengeluarkan kita dari keterpurukan ini. Sadar, Cuma sepenggal kata, namun
kalau dikhayati dan dipahami oleh penguasa-penguasa negeri ini tentu kita tak lagi
menderita. Suasana aman negeri damai tentu akan diraih. Ketika pertayaan “siapa”
sudah muncul dari mulut pemerintah kita, maka jangan pernah merindukan
ketentraman dan kedamaian, ketika yang diharapkan tak lagi bisa berbuat
dan ketika yang bisa berbuat tidak lagi dipercaya, bila ini terjadi maka kehancuran
dan kemelaratan akan datang dengan sendirinya. Banyak anak negeri yang
telah mampu bahkan lebih dari mampupun telah kita miliki, namun aset-aset itu
belum kita manfaatkan dengan baik. Keluar negeri merupakan langkah alternatif
untuk menyumbangkan pikiran mereka dari pada di negeri sendiri tak
diperhatikan. Semua orang yang ingin menjadi penguasa negeri selalu berwacana
akan mengeluarkan kita dari keterpurukan, namun alhasil kita tetap saja berada dalam
pusaran keterpurukan yang berkepanjangan. Sekarang hujat menghujat dijadikan
budaya, fitnah dan maki tak lagi dikenal sebagai sesuatu yang sacral alias tak
boleh dimain-mainkan. Semua itu biasa adanya. Mungkin sekarang era reformasi
sehingga semua orang bebas mengeluarkan cacian, makian dan fitnahan.
Salah…! kita telah salah dalam
mengartikan reformasi yang diperjuangkan mahasiswa dengan tujuan membela atau
mengeluarkan bangsa dari kebun percontohan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Hasil
dari reformasi ini tak pernah terpikirkan oleh pencetus reformasi, seluruh
kebiasaan orde baru atau sistem yang dibangun orde baru semua dihilangkan.
Ketentraman rakyat dijadikan pertikaian, hormat-menghormati disulap menjadi
caci-mencaci, cinta-mencintai diolah menjadi fitnah, kerjasama dijadikan
persaingan. Hanya satu yang
dipertahankan yakni KKN (kolusi, korupsi,nepotisme) hanya inilah yang
dipertahankan, mereka hanya menambahkan bumbu sebagai penyedap agar tak mudah
diketahui.
Biarkan pemuda-pemudi ini
berdemonstrasi, karena hanya itulah yang baru bisa mereka buat. Memberi masukan
dan mengkritik haruslah diterima dan dijadikan bahan introspeksi diri penguasa
negeri ini. Mereka adalah anak bangsa yang mencintai bangsanya. Jangan mereka
disakiti dan jangan mereka dilukai apa lagi dari tangan orang yang seharusnya
melindungi. Wahai anak bangsa…….. tetaplah berjuang..!, semoga apa yang telah
diimpikan akan terwujud dan tercapai tujuan bangsa yang tertera dalam UUD 45
alinea IV. Para penguasa lihatlah kebelakang,
banyak sekali masyarakatmu yang
merindukan belas kasihmu, dan lihatlah kedepan banyak Negara yang telah mencapai
cita dalam memperjuangkan kejayaan negeri serta perkembangan dalam negerinya.
Beranilah belajar dari Negara tetangga semoga kita bisa, bisa dan bisssaa….!
00000000000000000000
No comments:
Post a Comment
Sampaikan Komentar Anda